Pak Wid, demikian almarhum
biasa dipanggil, diduga meninggal akibat kelelahan dan kekurangan oksigen.
Almarhum meninggalkan seorang istri, Dr. Ninasapti dan seorang anak Kristal
Amalia (15).
Rombongan Wamen tiba di Gunung Tambora pada hari Jumat (20/4) siang dan
langsung melakukan pendakian melalui Doro Ncanga. Ketika tiba di Pos III,
sekitar pukul 19.00, rombongan bermalam.
Subuh keesokan harinya, rombongan melanjutkan perjalanan dengan berjalan
kaki menuju puncak.
Sekitar pukul 9.30 ketika berada di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan
laut, almarhum mengalami sesak napas dan tidak sadarkan diri. Cuaca yang buruk,
membuat evakuasi tidak dapat dilakukan melalui udara. Profesor yang sederhana
itu akhirnya dievakuasi dengan menggunakan mobil untuk mendapatkan pertolongan
lebih lanjut. Kepastian kematiannya baru diperoleh sekitar pukul 15.00, ketika
diperiksa oleh dokter puskesmas di Pos I.
“Pada saat proses evakuasi
dari Pos III ke Pos II, diperkirakan mungkin pada saat itu Beliau sudah
meninggalkan kita,†kata Menteri ESDM Jero Wacik.
Widjajono lahir di Magelang, Jawa Tengah, 16 September 1951. Guru besar ITB
Ilmu Ekonomi dan Pengelolaan Migas ITB itu, mendapat gelar PhD dari university
of Southern California, AS. Sebelum dipercaya sebagai Wamen ESDM, almarhum
pernah menjadi Tim Peningkatan Produksi Migas Nasional dan anggota Dewan Energi
Nasional.
Sejak muda, Widjajono memang memiliki hobi mendaki gunung, di dalam maupun luar
negeri. Pribadinya yang bersahaja, tidak lantas berubah ketika dilantik sebagai
Wamen ESDM. Selamat jalan Pak Wid, Indonesia kehilangan salah satu putra
terbaiknya.