Tiga Puluh Investor Lirik CBM


Investor yang paling banyak mengajukan permintaan mengembangkan CBM adalah PT Pertamina di sekitar 15-20 wilayah kerja yang dikelolanya. Namun hingga saat ini, baru satu perusahaan yang mendapat persetujuan pemerintah yaitu Konsorsium Medco-Ephindo.

 

Menurut Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Departemen ESDM R. Priyono, pemerintah akan memberikan split atau bagi hasil yang sangat menarik bagi para kontraktor. Ketika ditanya berapa split yang akan diberikan, Priyono hanya tersenyum lebar.

 

“Tunggu tanggal mainnya. Pokoknya menarik deh,” katanya.

 

Besaran  split yang akan diberikan pada masing-masing investor belum tentu sama, tergantung tergantung kasus dan daerahnya.  Diharapkan pada tahun ini, setidaknya satu kontrak kerja sama CBM dapat ditandatangani.

 

Pemberian split yang lebih besar untuk CBM ketimbang minyak dan gas, antara lain karena biaya untuk mengembangkan CBM jauh lebih mahal. Pada awal kegiatan operasi CBM, produksi airnya lebih banyak dibanding pada kegiatan operasi gas bumi. Jadi air harus dikuras dulu, baru bisa memperoleh CBM.

 

Potensi CBM di Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 453,3 TCF dan sebagian besar berada di wilayah Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Barito dan Kutei. Selebihnya tersebar, antara lain di Kalimantan Timur. (Copyright by Ditjen Migas)

 

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.