Kepala Humas SKK Migas, Elan Biantoro dalam siaran pers di
Jakarta, mengatakan, beberapa proyek
yang akan berproduksi antara lain, Sisi Nubi 2B, Blok Mahakam dengan kontraktor
Total E&P Indonesie yang ditargetkan berproduksi 350 MMSCFD pada kuartal
pertama 2014. Kemudian, pengembangan gas Senoro dengan operator JOB
Pertamina-Medco Tomori Sulawesi direncanakan mulai produksi 8 MMSCFD dan 250
barel minyak per hari pada kuartal 3.
Tiga proyek yang sebelumnya ditargetkan produksi tahun 2013 lalu juga akan
mulai berproduksi pada kuartal pertama tahun 2014 ini. Ketiga proyek itu adalah
Lapangan Ridho dengan kontraktor Odira Energy Karang Agung berproduksi 1.200
barel minyak per hari, Lapangan Gundih yang dikembangkan Pertamina EP
berproduksi sebesar 50 MMSCFD dan 600 barel minyak per hari dan Proyek Bayan A
dengan kontraktor Manhattan Kalimantan Investment berproduksi 15 MMSCFD dan 250
barel minyak per hari.
Elan mengungkapkan, ada tiga proyek yang mendapat perhatian penuh dari SKK
Migas terkait dengan besarnya produksi yang dihasilkan dan tantangan yang
dihadapi. Yang pertama adalah Lapangan Bukit Tua, Blok Ketapang 2 dengan
kontraktor Petronas Carigali. Proyek direncanakan berproduksi 70 MMSCFD dan 20.000
barel minyak per hari pada kuartal empat 2014. Hal yang perlu dicermati adalah
proses negosiasi harga gas dan perubahan calon pembeli. Selain itu, proyek ini
menggunakan skanario hulu dan hilir, sehingga ada kebijakan strategis yang
diambil di luar kewenangan SKK Migas.
Hal serupa terjadi di Lapangan Muriah, Blok Kepodang yang juga dioperatori
Petronas. Proyek dengan produksi 116 MMSCFD ini bergantung pada selesainya pipa
penyalur gas di hilir. “Untuk konstruksi fasilitas produksi di hulu akan
selesai Oktober 2014,†kata Elan.
Proyek terakhir adalah Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu dengan kontraktor Mobil
Cepu Ltd (MCL). Proyek strategis ini rencananya berproduksi pada kuartal
keempat 2014 dengan produksi puncak 165.000 barel per hari. Beberapa tantangan
yang dihadapi, yakni masalah sosial ekonomi dan keterlambatan dalam proses
rekayasa, pengadaan, dan konstruksi fasilitas. “Proyek-proyek ini harus dikawal
secara intensif agar tidak mundur proyeknya,†kata dia.
Upaya-upaya untuk memastikan proyek migas berproduksi tepat waktu antara lain
melakukan pengawasan dan pengendalian yang lebih intensif dengan melakukan
rapat monitoring bulanan dan tiga bulanan bersama seluruh pihak terkait,
termasuk kunjungan ke lapangan. “SKK Migas juga akan mempercepat waktu
pengadaan fasilitas produksi,†kata Elan. (TW)