“Wilayah yang akan dikonversi merupakan kelanjutan dari
tahun 2009, ditambah daerah baru seperti Sumatera Barat, Bangka Belitung, Jambi,
NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi,†papar Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Saryono
Hadiwidjoyo dalam pertemuan dengan Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo yang
dipimpin Abd. Karem, kemarin petang.
Saryono menjelaskan, khusus Gorontalo, jumlah KK yang
terkonversi diperkirakan sekitar 227.084 dan tersebar di 6 kabupaten dengan
perincian: Kabupaten Boe Bolango 32.702 KK, Kabupaten Bualemo 27.835 KK,
Kabupaten Gorontalo 83.648 KK, Kabupaten Gorontalo Utara 23.607 KK, Kabupaten
Pohuwato 26.716 KK dan Kota Gorontalo 32.575 KK.
Untuk mendukung pelaksanaan program konversi mitan ke LPG,
menurut Saryono, pemerintah akan melakukan pengembangan infrastruktur untuk
mendukung penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 kg, pengawasan penyediaan
dan pendistribusian LPG tabung 3 kg dalam rangka jaminan pasokan dan mencegah
adanya kelangkaan serta melakukan sosialisasi, pendataan calon penerima paket
dan verifikasi realisasi sebagai bagian dari fungsi pengawasan.
“Dalam melaksakan program ini, tentunya kami akan bekerja
sama dengan pemerintah daerah,†imbuh Saryono.
Dijelaskan pula, program konversi mitan ke LPG bertujuan melakukan
diversifikasi pasokan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM,
khususnya minyak tanah untuk dialihkan ke LPG dan mengurangi penyalahgunaan
mitan bersubsidi karena LPG lebih aman dari penyalahgunaan.
“Minyak tanah bersubsidi banyak disalahgunakan oleh oknum
tertentu yaitu dijual ke industri atau ke luar negeri. Ini terutama di wilayah
perbatasan. Di wilayah Gorontalo, mitan rawan dijual ke Filipina yang merupakan
importir mitan,†kata Saryono.
Lebih lanjut ia menjelaskan, tujuan konversi lainnya
adalah melakukan efisiensi anggaran pemerintah karena penggunaan LPG lebih
efisien dan subsidinya relative lebih kecil daripada subsidi minyak tanah serta
menyediakan bahan baku
yang praktis, bersih dan efisien untuk rumah tangga dan usaha mikro.
Sampai dengan 31 Desember 2009, jumlah KK yang telah
terkonversi mencapai 43.193.300 KK. Total penghematan subsidi dari program ini
mencapai Rp 22,55 triliun. Jika dikurangi biaya paket konversi, maka total
penghematan mencapai Rp 12,31 triliun.
Pada kesempatan tersebut, selain meminta penjelasan
mengenai program konversi mitan ke LPG, Komisi II DPRD Gorontalo juga
menanyakan status 2 wilayah kerja migas yang berlokasi di Gorontalo. Mengenai
hal itu dijelaskan, kedua wilayah kerja migas tersebut ditawarkan pada Tahap !
tahun 2009, namun belum ada peminatnya. Hal ini disebabkan letaknya di laut
dalam dan belum terjamah (frontier)
sehingga untuk pengembangannya dibutuhkan investasi besar dan teknologi tinggi.
“Biasanya hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang
berani melakukannya,†kata Saryono.