Sepanjang Masuk Akal, Insentif Kilang Bisa Diberikan

”Insentif kilang memang diperlukan. Tapi harus realistis. Kita bisa melakukan benchmarking, negara-negara lain bagaimana melakukannya. Sepanjang masuk akal (bisa diberikan). Kalau tidak diberikan insentif, kilang tidak akan terbangun sampai kapanpun. Kemudian ketika insentif diberikan, jangka panjang membuat security of supply,” papar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers usai Sidang Kabinet Terbatas sektor ESDM, kemarin.

Pada saat ini, Indonesia melalui PT Pertamina menjalin kerja sama untuk pengembangan kilang Balongan dengan Kuwait Petroleum Internasional dan kilang Tuban dengan dengan Saudi Aramco. Kerja sama tersebut, menurut SBY, sudah banyak titik temu antara kedua belah pihak. Oleh karena itu, Pemerintah optimis target pembangunan kilang akan terwujud.

Mengenai penambahan kapasitas kilang Balongan, lanjutnya, telah diputuskan akan direlokasi ke Bontang, Kalimantan Timur. Ini dilakukan karena adanya persoalan tanah, makelar dan provokasi yang akhirnya membuat rencana tersebut tidak dapat dilakukan.

”Terus terang, inilah yang sering membuat kandas investasi di daerah. Spekulator, makelar ditambah provokasi, akhirnya nggak jalan. Pertamina tidak cukup punya tanah di Jabar dan Jatim. Kalau harus kita penuhi, bisa menghabiskan uang  Rp 3 triliun. Sangat besar,” tegasnya.

Relokasi kilang ke Bontang dianggap tepat karena tanahnya milik PT Pertamina sendiri. Selain itu, pembangunan kilang juga akan mendukung distribusi BBM ke Indonesia Timur.

Pemerintah terakhir membangun kilang pada tahun 1994 yaitu kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat.

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.