â€ÂKalau semua selesai, akan ada
HoA antara Pertamina dan partner lain. Partner-nya siapa, kita tunggu nanti. Kita lihat di Senin (13/12),â€Â
kata Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo usai rapat kerja dengan
Komisi VII DPR, kemarin petang.
Ia menjelaskan, sebetulnya
pemerintah berkeinginan agar HoA
tersebut dapat ditandatangani hari ini (Jumat, 10/12). Namun lantaran
pembahasannya belum rampung, maka acara itu ditunda menjadi Senin mendatang.
Penandatanganan HoA antara Pertamina
dengan mitra lainnya ini memang dimungkinkan. Pemerintah membebaskan Pertamina
memilih lebih dari satu KKKS untuk mengelola blok tersebut.
Mengenai kepastian pihak yang
akan menjadi operator pada Blok East Natuna, pemerintah tetap berkeinginan agar
perusahaan pelat merah itu dapat menjadi operatornya.
â€ÂSebetulnya kita ingin
operator tetap Pertamina,†ujarnya.
Setelah HoA ditandatangani,
maka Pertamina dan mitranya akan memasuki tahap selanjutnya yaitu negosiasi commercial term.Dalam tahap ini, jika tidak diperoleh
kesepakatan, maka dimungkinkan mitra tersebut diganti dengan lainnya.
â€ÂJadi habis HoA
itu, masih masuk negosiasi commercial
term. Ada kemungkinan partner
yang terpilih itu, kalau commercial
term-nya nggak ketemu, ya berubah lagi. Kemungkinan itu ada,†ungkap Evita.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan term and condition untuk masing-masing KKKS.
Sekadar mengingatkan, pada Jumat (3/12) lalu, PT Pertamina
(Persero) dan ExxonMobil telah menandatangani Head of Agreement (HoA) pengelolaan Blok East Natuna (dulu
Natuna D Alpha) di Kementerian ESDM. Penandatanganan HoA itu disaksikan
oleh Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh, Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H.
Legowo dan Kepala BPMIGAS R. Priyono.
Penandatanganan
HoA itu, menurut Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh, menandai tahap awal
pekerjaan rumah (PR) besar yang telah dibahas bertahun-tahun.
Pemerintah secara resmi menunjuk Pertamina dalam
pengembangan Blok Natuna D Alpha (kini East Natuna) yang tertuang dalam Surat
Menteri ESDM No 3588/11/MEM/2008 tertanggal 2 Juni 2008 tentang Status Gas
Natuna d Alpha. Terkait pengembangan itu, pemerintah membebaskan Pertamina
memilih lebih dari satu KKKS untuk menjadi mitra kerjanya.
Blok East Natuna terletak sekitar 250 km dari Kepulauan
Natuna. Cadangannya pun sangat besar, diperkirakan 46 triliun kaki kubik.
Namun untuk mengembangkan Blok Natuna tidak mudah karena 70% cadangan gasnya
berisi CO2. Jadi, diperlukan teknologi canggih untuk penghilangan, pembuangan,
dan penyimpanan karbon dioksida karena CO2 tidak bisa dibuang sembarangan.
Investasi yang dibutuhkan juga tidak sedikit, diperkirakan sekitar US$ 52
miliar.