Dengan
ditandatanganinya Perpres tersebut, maka pemerintah memberikan tambahan subsidi
untuk bahan bakar nabati (BBN) yang dicampurkan ke dalam jenis BBM tertentu (BBM subsidi).
Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo usai
pelepasan calon jemaah haji Departemen ESDM 2009, Senin (2/11), mengemukakan, besaran
subsidi yang diberikan untuk BBN tahun 2009 sebesar Rp 1.000 per liter
terhitung mulai Januari. Sebelumnya, pemerintah mengharapkan besaran subsidi
sesuai dengan selisih harga antara BBM PSO dengan BBN. Namun khusus untuk 2009,
subsidi yang diberikan tidak tergantung selisih harga, melainkan ditetapkan Rp
1.000 per liter.
Pembayaran tambahan subsidi BBN diberikan
melalui Pertamina yang akan diteruskan kepada produsen BBN sesuai dengan volume
yang dicampurkan.
Evita menjelaskan, semula untuk tahun 2009 pemerintah
mengajukan subsidi BBN sebesar Rp 831 miliar. Anggaran tersebut tidak terpakai
seluruhnya lantaran pasokan BBN ke Pertamina sempat terhenti karena produsen menunggu
kepastian BBN disubsidi oleh pemerintah.
“Sebetulnya dana (subsidi BBN) Rp 831 miliar. Tapi
kelihatannya tidak akan terpakai semuanya karena (pasokan) sempat terhenti
karena keragu-raguan produsen jadi apa nggak (disubsidi),†ujar Evita.
Untuk anggaran subsidi BBN 2010, menurut Evita, belum
tuntas dibicarakan antara Departemen ESDM dengan Departemen Keuangan.
Besarannya sekitar Rp 1,3 triliun atau Rp 1.500-2.000 per liter.
Terkait pengembangan BBN, pemerintah telah menyepakati formula
harga indeks pasar biodiesel yaitu HPE biodiesel yang diterbitkan oleh Menteri
Perdagangan yang berlaku pada bulan bersangkutan.
Formula harga indeks pasar bioethanol adalah indeks bioethanol
Asia Tenggara di Argus rata-rata periode satu bulan sebelumnya, ditambah dengan
indeks penyeimbang produksi dalam negeri sebesar 7,5%.
Harga indeks pasar biodiesel dan harga indeks pasar bioethanol
ditetapkan oleh Menteri ESDM.
Berdasarkan data Ditjen Migas, kapasitas terpasang pabrik ethanol
(industrial grade) mencapai 281.750 kiloliter per tahun. Sedangkan
kapasitas terpasang pabrik ethanol (fuel grade) sebesar 303.230
kiloliter per tahun. Untuk biodiesel, terdapat 10 badan usaha dengan kapasitas
terpasang mencapai 3.184.311 kiloliter per tahun.