Faktor lainnya adalah pembatalan perjanjian gencatan
senjata oleh Gerilyawan MEND (Movement for Emancipation of the Niger Delta)
dengan Pemerintah Nigeria pada akhir Januari, yang dapat berpotensi kembali
menurunkan tingkat produksi Nigeria dan laporan Departemen Perdagangan AS bahwa
GDP AS meningkat sebesar 5,9% sehingga meningkatkan ekspektasi permintaan
minyak di AS serta meningkatnya pertumbuhan minyak China sebesar 17% yang
disebabkan meningkatnya pengoperasian kilang sejak pemberlakuan sistem harga
terbaru China yang memberi kepastian marjin bagi kilang-kilang pengolahan
minyak.
Sementara faktor-faktor yang diperkirakan dapat
memperlemah harga minyak adalah Bank Sentral AS melakukan pengetatan kebijakan
moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga dari 0,5% menjadi 0,75% yang
berpotensi menurunkan investasi di pasar komoditas termasuk minyak mentah.
Selain itu, menurunnya tingkat kepercayaan publik di AS
pada bulan Februari 2010 terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, potensi
peningkatan suplai minyak mentah Non OPEC seiring kilang-kilang di Atlantic
Basin memasuki masa pemeliharaan berkala dan masih berlanjutnya dampak kebijakan
Pemerintah China mengurangi pemberian kredit usaha dan peningkatan persyaratan
cadangan minimum bagi bank-bank domestik.