Direktur Pemasaran dan Niaga Achmad Faisal mengatakan,
penggunaan DME tersebut diharapkan dapat mengurangi konsumsi LPG di masa depan.
Hal ini disebabkan pasokan LPG di dalam negeri yang terbatas.
Dengan selesainya program konversi minyak tanah ke LPG
pada 2015, dia memperkirakan adanya peningkatan konsumsi LPG antara 7-10 juta ton.
Dari jumlah tersebut, sekitar 2-2,5 juta ton akan dipenuhi dari domestik.
“DME untuk mengurangi ketergantungan pada LPG di masa
mendatang,†katanya di Jakarta, kemarin.
Achmad Faisal melanjutkan, Pertamina menargetkan tidak
lagi menggunakan bahan bakar LPG di masa mendatang, tetapi DME 100%. Pasalnya,
bahan baku DME berupa batu bara muda melimpah di dalam negeri. LPG
nantinya akan dijual hanya unyuk industri.
DME ditagetkan akan diproduksikan pada 2012. Saat ini
sedang dilakukan ujicoba penggunaan DME untuk rumah tangga serta UKM. Tahun
depan akan diujicobakan untuk bus kota dan motor diesel.
“Harapan kita ke depan, tidak perlu impor solar tetapi
dengan menggunakan DME. Kita akan mulai dari rumah tangga dan restoran. Tahun
depan ujicoba ke bus kota sehingga udara Jakarta akan lebih baik,†ungkapnya.
Untuk mengembangkan DME tersebut, Pertamina bekerja sama
dengan PT Arrtu Mega Energie selaku pengembang kilang. Dalam pembangunan kilang
tersebut, share Pertamina mencapai
20%. Ada dua kilang yang akan dibangun
untuk mengembangkan DME yaitu kilang di Eretan (Indramayu) dan Panarap (Riau).
Total investasi mencapai US$ 1,9 miliar, dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton
per tahun.