Sampai saat ini,
lapangan Sembakung memproduksi minyak 1500 barel per hari yang diperoleh dari
sekitar 70 sumur dan gas yang dialirkan untuk pembangkit PT PLN Nunukan dan
Sebatik.
Dalam mengelola lapangan Sembaku ini, Pertamina EP telah memiliki rencana
kerja dan strategi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas. "Hal ini
tidak terlepas dari bagian strategi “agresive upstream†usaha hulu,†ujar Agus Amperianto PR Manager
PT Pertamina EP, dalam siaran pers.
Sementara itu, fokus pengelolaan kegiatan operasi TAC Pertamina-Medco E&P Sembakung sejalan dengan komitmen
manajemen Pertamina EP untuk tumbuh bersama lingkungan, maka program
pemberdayaan masyarakat dan lingkungan akan tetap dipertahankan.
“Kami berharap keberadaan lapangan sembakung yang nantinya dikelola Pertamina
EP akan senantiasa memberikan manfaat bagi negara dan masyarakat serta didukung
penuh oleh seluruh pemangku kepentingan atau
stakeholder yang ada di lapangan,†pungkas Agus.
Lapangan Sembakung terletak di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (dulu
Kalimantan Timur), pertama kali ditemukan oleh Arco pada tahun 1975 dan
diproduksikan pertama kali pada tahun 1977. Lapangan ini sempat terhenti
kegiatan operasi produksinya selama 21 bulan yaitu dari Agustus 1981 sampai
dengan April 1983.
Sampai dengan tahun 1983, lapangan dengan luas area 23,37 kilometer persegi ini
berproduksi secara `natural flow`, kemudian sejak Oktober 1983 lapangan Sembakung
telah beralih dari sistem pengangkatan alami dengan menggunakan artificial lift menggunakan Hydraulic Jet Pump (HJP).
Sejak 22 Desember 1993, PT PERTAMINA menandatangani Technical Assistance Contract (TAC) dengan PT Genindo Citra Perkasa
untuk mengelola lapangan Sembakung selama 20 tahun dengan operator atas TAC tersebut adalah Perkasa Equatorial
Sembakung Ltd. (PESL).
Pada Oktober 2005, PT Medco Energi International, Tbk. mengambil alih PESL dan
selanjutnya lapangan ini dikelola oleh Medco Sembakung sebagai operator dari
TAC Sembakung dengan nama TAC Pertamina-Medco Sembakung. (TW)