“Dengan
potensi raksasa seperti itu, saya sangat mendukung operasionalnya agar lebih
dipercepat. Karena kita tahu bahwa shale
gas merupakan gas baru bagi Pertamina. Seperti halnya di Amerika dan Kanada
shale gas sudah menjadi produksi
andalan mereka, karena di Amerika sebesar 20 persen CBM dan shale gas berkontribusi kepada gas
nasionalnya,†papar Direktur Hulu Pertamina Muhamad Husen dalam siaran
persnya.
Husen mengatakan
untuk memproduksi shale gas
membutuhkan waktu yang tidak sedikit. “Apalagi Pertamina sekarang ini masih
dalam tahap pencarian, yang merupakan tahap awal. Ini merupakan project pertama untuk mencari lokasi
mana saja yang terdapat kandungan shale gas.
Mungkin 10 tahun ke depan Pertamina baru bisa merasakan hasil produksi shale gas tersebut,†ujarnya.
Lebih lanjut
Husen menjelaskan, perbandingan potensi shale gas dengan gas
conventional. “Secara hitungan kasar saja bisa digambarkan dari angka resmi
Dirjen Migas yaitu 170 TCF (triliun cubic
feet) untuk conventional, sedangkan untuk shale gas sendiri
diperkirakan sebesar 1000 TCF. Katakanlah hanya 10 persen dari 1000 itu saja
sudah besar sekali, dibandingkan dengan cadangan gas conventional Natuna yang
berkisar 40 TCF. Sungguh luar biasa,†kata Husen. Dengan
pengembangan shale gas, maka
Pertamina akan memperoleh tambahan cadangan gas sebesar 100 TCF dimasa depan.
Cadangan terbukti (Proven Reserve P1) Minyak dan Gas Pertamina saat ini sebesar
2,12 milliar barrel oil equivalen (BOE) yang terus dilakukan upaya
percepatan eksplorasi sehingga diharapkan di 2014 mencapai 2,27 milliar BOE.
Pertamina EP telah
melakukan identifikasi secara keseluruhan berdasarkan dari studi dan
referensi. Dari sekian banyaknya wilayah itu, kita perkecil menjadi empat
wilayah yang akan diperdalam lagi, seperti di cekungan Sumatera Utara, cekungan
Sumatera Selatan, cekungan Jawa Barat bagian Utara, dan cekungan Sangatta
Bungalon. Dari empat itu masih kita perkecil lagi, karena banyak sekali tahapan
yang harus dilakukan sebelum melakukan eksplorasi.
Shale gas adalah gas yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi.
Proses yang diperlukan untuk mengubah batuan
shale menjadi gas membutuhkan waktu sekitar lima tahun.