Dirjen Migas dan Kepala
BPMIGAS, menurut Darwin usai membuka acara CCS Forum di Kementerian ESDM, Rabu
(23/3), telah melakukan pembahasan mengenai hal tersebut, namun belum
memberikan laporan kepada dirinya selaku Menteri ESDM.
Dalam kesempatan itu, Darwin
kembali menegaskan bahwa pada prinsipnya, gas yang diproduksikan, digunakan
untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun harus juga dimengerti, Indonesia masih
mempunyai keterbatasan infrastruktur untuk menyalurkan maupun menyimpan gas.
â€ÂKita tahu, produksi gas kita
di atas target yang dibudgetkan APBN. Kelebihan-kelebihan ini yang kita ingin
lihat. Saya ingin lihat laporan BPMIGAS dan Dirjen Migas, yang paling ekonomis
itu apa rekomendasinya. Di situlah kemungkinannya akan kita lihat, apakah ada
yang dapat kita gunakan untuk membantu Jepang,†tambahnya.
Jepang, lanjut Darwin,
merupakan salah satu negara penting di dunia dan sudah lama memiliki hubungan
ekonomi dengan Indonesia.
Dirjen Migas Kementerian ESDM
Evita H. Legowo menambahkan, kajian mengenai permintaan Jepang itu masih belum
final. Dalam melakukan pembahasan, pemerintah mempertimbangkan pelbagai aspek,
antara lain kebutuhan domestik dan ketersediaan infrastruktur.
Seperti diketahui, Wakil
Menteri Luar Negeri Jepang Makiko Kikuta telah menemui menemui Menko
Perekonomian Hatta Rajasa untuk meminta tambahan minyak dan LNG untuk mengatasi
dampak gempa dan tsunami di negaranya. Makiko mengakui, sejak terjadinya gempa
dan tsunami, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di negara itu rusak parah.
Akibatnya, saat ini Jepang kekurangan pasokan listrik.