Proyek ini bertujuan
mengkonversi sistem bahan bakar kendaraan berat dari BBM Solar menjadi bahan
bakar dual fuel yaitu LNG-Solar, dengan komposisi 60% LNG dan 40% Solar.
Pada teknologi ini, seluruh bahan bakar difumigasi. Gas bumi dicampur dengan
udara masuk sebelum proses kompresi. Rasio udara-bahan bakar diatur dengan
proses pencekikan untuk mengatur muatannya. Untuk mencegah terjadinya
"knocking", rasio kompresi dikurangi.
Kelebihan dari teknologi
ini adalah ramah lingkungan dengan katalis yang sederhana dan tidak bising.
Selain itu juga lebih ekonomis dibandingkan menggunakan Solar non subsidi.
Terkait uji coba proyek
ini, PT Pertamina (Persero) telah menunjuk anak perusahaannya yaitu PT
Pertagas, PT Badak NGL dan PT Nusantara Regas untuk melaksanakan kegiatan ini.
Pertagas akan membeli LNG dari Nusantara Regas yang memperolehnya dari Blok
Mahakam. Selanjutnya, Pertagas menjual LNG tersebut kepada PT Indominco Mandiri
yang akan menggunakan LNG sebagai bahan bakar kendaraan beratnya yaitu
truk-truk di kawasan pertambangan.
Sementara PT Badak NGL
akan mengoperasikan fasilitas LNG yang dibutuhkan yaitu stasiun pengisian LNG,
alat ukur transaksi LNG serta LNG semi trailer 20 meter kubik.
Uji coba ini merupakan
langkah awal menuju tahap komersial pada tahun 2014 sampai tahun 2022.
Dirjen Migas Kementerian
ESDM A. Edy Hermantoro mengemukakan, penggunaan LNG untuk truk-truk di
perkebunan dan pertambangan sangat efektif mengurangi impor BBM. Selain itu, juga
memberikan keuntungan kepada pengusaha yang menggunakan kendaraan berat karena
harga LNG yang ekonomis.
Sebagai contoh, kebutuhan
bahan bakar Solar yang dibutuhkan PT Indominco per tahun mencapai 160.000 meter
kubik atau setara 3,78 juta MMBTU. Dengan harga Solar non subsidi US$ 30 per
MMBTU, sementara harga LNG sebesar US$ 18 per MMBTU, maka dapat diperoleh
penghematan US$ 12 per MMBTU atau sekitar US$ 45,2 juta per tahun.
"Jumlah ini sangat
besar. Apalagi jika nantinya banyak truk-truk yang beralih menggunakan gas,
maka penghematan impor BBM serta keuntungan yang diperoleh juga
signifikan," tambahnya.
Dirut PT Badak NGL, Nanang
Untung, mengharapkan agar proyek ini dapat berlanjut sehingga membawa
manfaat bagi bangsa dan negara. Sebagai perusahaan yang
telah 40 tahun bergelut dalam bidang energi, pihaknya juga
berupaya memastikan bahwa penggunaan dual fuel ini aman.
Untuk selanjutnya, PT Badak
akan memperluas penggunaan LNG untuk truk dengan menawari perusahaan-perusahaan
perkebunan dan pertambangan di Pulau Kalimantan agar beralih menggunakan LNG.