Hal itu terungkap pada acara
penutupan kegiatan tersebut di Gedung Migas, Rabu (21/7).
Beberapa negara yang mengikuti kegiatan yang berlangsung selama 17 hari ini
adalah Vietnam, Namibia, Myanmar, Libya, Suriname dan Khazaktan.
“Sangat menarik dapat menyaksikan perkembangan industri
migas Indonesia.
Kami harus belajar banyak, terutama dalam pengembangan CBM. Negara kami juga
memiliki potensi tersebut, tapi belum pernah diolah,†kata U Kyin Sein, Senior
Geologist dari Myanmar.
Kyin Sein juga menyatakan kekagumannya atas pengembangan
bahan bakar nabati sebagai energi terbarukan. Hal senada dikemukakan wakil dari
Brunei Darussalam.
Para peserta juga menyatakan kegembiraannya dapat
menyaksikan secara langsung kegiatan operasi migas di sejumlah lapangan migas
milik PT Pertamina, PT Medco E&P, PT Total Indonesie serta mengunjungi AKA
Migas di Cepu.
Sebelumnya, mereka berkesempatan melakukan diskusi dengan
para pejabat Ditjen Migas, BPMIGAS, BPH Migas dan Lemigas.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowodalam sambutannya padapenutupan tersebut menyatakan gembira karena
semua peserta telah memberikan kontribusi pemikiran, ide dan informasi yang
berharga untuk meningkatkan kerja sama dan memberikan pemahaman yang lebih baik
di bidang migas untuk masa yang akan datang.
“Melalui diskusi dan kunjungan, saya harap semua peserta
mendapat pemahaman yang lebih baik mengenai sektor migas Indonesia,â€Â
katanya.
Ia juga meminta agar parapeserta tak segan menghubungi Ditjen Migas, jika membutuhkan tambahan
informasi.
“Ini merupakan awal persahabatan, kerja sama antara kita.
Saya berharap kerja sama di bidang migas antara Indonesia dan negara-negara peserta
akan dilanjutkan dan diperkuat untuk saling menguntungkan,†tutup Evita.