“Secepatnya
kita kirim surat ke Depkeu agar DME bisa mendapatkan insentif berdasarkan PP No
62 Tahun 2008,†kata Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo dalam rapat kajian
DME dengan PT Pertamina (Persero), PT Arrtu Mega Energie dan Lemigas di Gedung
Migas, kemarin petang.
DME
merupakan derivatif dari komposisi eter. Karakter DME memiliki kemiripan dengan
komponen LPG yaitu propan dan isobutan, sehingga teknologi handling LPG dapat diterapkan bagi DME. DME juga dapat digunakan
sebagai minyak solar karena memiliki cetane
number yang cukup tinggi, berkisar 55-60.
“DME juga
ramah lingkungan karena mudah terurai di stratosfer
dan pembakarannya juga bersih. Selain pengganti LPG, DME juga dapat digunakan
sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik dan pengganti diesel,†papar
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Saryono Hadiwidjoyo.
Dengan
karakternya yang mirip LPG ini, DME diharapkan dapat mengurangi impor LPG.
Apabila DME dapat memenuhi kuota 20% dari total kebutuhan LPG nasional yang
diperkirakan meningkat menjadi 4,8 juta ton, maka pada tahun 2010 diperkirakan
Indonesia akan memerlukan DME sebanyak 960.000 ton.
Direktur
Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Achmad Faisal menambahkan, Pertamina
mengusulkan pencampuran DME ke LPG sampai dengan maksimal 20% karena dapat
menghasilkan karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan LPG serta tanpa
perubahan/modifikasi pada peralatan.
“Jika blending 50% DME dengan 50% LPG, akan
menghasilkan nilai bakar 105% daripada LPG. Sedangkan kalau 20% DME dicampur
80% LPG, hasilnya sama dengan LPG,†ungkap Faisal.
Terkait
dengan pengembangan DME sebagai pengganti LPG ini, Pertamina telah
menandatangani perjanjian jual-beli DME dengan PT Arrtu Mega Energie.
Perusahaan itu akan membangun pabrik gasifikasi batu bara menjadi metanol yang
kemudian diolah menjadi DME, di Riau. Lantaran untuk proses pembangunan memakan
waktu 4,5-5 tahun, maka selama 2 tahun pertama ini, Arrtu akan mengimpor
metanol.
Dirjen
Migas Evita H. Legowo mengingatkan, meskipun pengembangan DME ini merupakan
suatu kabar menggembirakan, namun pemerintah masih akan mencermati kembali
nilai keekonomiannya.
“Saya
minta hitung-hitungan keekonomiannya untuk dipelajari. Walaupun Pertamina dan
Arrtu menyatakan ekonomis, tapi saya perlu lihat dulu,†kata Evita.