Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo memimpin kick of
meeting mengenai hal ini di Gedung Migas, Jumat (8/3) petang. Rapat
dihadiri Sekjen ESDM Waryono Karno, Dirjen Migas Kementerian ESDM A. Edy
Hermantoro, Kabalitbang ESDM FX. Sutjiastoto, Wakil Kepala SKK Migas J.
Widjonarko, wakil dari BPKP, PT United Tractor, PT Bukaka, Bank BNI dan
perguruan tinggi serta undangan lainnya.
Susilo mengatakan, penggunaan rig buatan dalam negeri pada kegiatan migas harus dilakukan agar
industri dalam negeri dapat maju dan berkembang. Selain itu, pada dasarnya,
industri manufaktur dan perguruan tinggi di dalam negeri juga telah mampu
memproduksi rig dengan skala
tertentu. Hanya saja, hingga saat ini masih terkendala biaya dan kurangnya
dukungan.
“Saya tidak rela kalau
rig untuk CBM itu harus impor, padahal kita bisa bikin sendiri,†tegasnya.
Agar perusahaan dalam negeri mau memproduksi rig, lanjut Susilo, dibutuhkan sinergi
dengan berbagai pihak terkait seperti perbankan dan SKK Migas yang bertugas
mengawasi jalannya operasional kegiatan hulu migas.
“Kan
kita sudah tahu, berapa kebutuhan rig
untuk tahun depan. Kita bikin dari sekarang,†tambah Susilo.
Dukungan dari SKK Migas,
menurut Wamen, bisa dalam bentuk menyewa rig
untuk jangka waktu tertentu agar tercapai keekonomian serta meminta KKKS untuk
menggunakan produksi dalam negeri.
Namun demikian, Susilo
mengingatkan, rig buatan dalam negeri
ini harus tetap memenuhikaidah keteknikan dan keamanan, sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Pada saat ini, perusahaan dalam negeri telah memiliki rig di bawah 1.500 HP. Biaya pembuatan land rig di bawah 1.500 HP diperkirakan sekitar US$ 40.000.000. (Tursilowulan)