“Ternyata tidak bisa terus-menerus gas bumi dialokasikan
untuk domestik karena pengembangan migas bersifat padat modal, memerlukan
teknologi tinggi dan beresiko besar. Jadi untuk mencapai keekonomian, harus
mencapai harga tertentu. Dengan harga tertentu itu, biasanya domestik tidak memungkinkan
(membeli),†ungkap Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo.
Kendala lainnya
adalah letak cadangan-cadangan gas besar umumnya berada di lokasi yang
jauh dari konsumen. Terkait hal ini, kata Evita, pihaknya telah berbicara
dengan Departemen Perindustrian agar pembangunan pabrik pupuk tidak dilakukan
di sembarang tempat, melainkan dekat dengan sumber gas.
Selain itu, keterbatasan infrastruktur moda transportasi
gas bumi yaitu jaringan transmisi dan distribusi, yang umumnya terpusat di Jawa
dan Sumatera Selatan dan belum tersedianya LNG
receiving terminal serta belum berkembangnya teknologi pemanfaatan gas
lapangan marginal yang ekonomis.
Pemanfaatan gas untuk domestik juga terkendala terbatasnya
dana pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur transportasi gas dan
rendahnya aksesibilitas konsumen transportasi terhadap ketersediaan gas bumi
SPBG.
“Peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik baru dimulai 5
tahun terakhir, dimana cadangan gas bumi yang ada telah terikat kontrak jangka
panjang. Ini juga menjadi kendala,†imbuh Evita.
Berdasarkan data Ditjen Migas, cadangan gas bumi