Hal itu dikemukakan Kepala BPMIGAS R. Priyono di Bimasena
Club, kemarin.
Menurut Priyono, secara informal, beberapa waktu lalu
pihaknya telah mempertemukan EMOI dengan Pertamina. Namun pertemuan resmi, baru
akan dilakukan pekan ini.
“Pak Budi Indianto (Deputi Pengendalian Operasi BPMIGAS)
yang mengurusi soal ini,†tambah Priyono.
Dari pertemuan tersebut, pemerintah mengharapkan agar
peran Pertamina dalam pengelolaan Blok Cepu dapat lebih meningkat. Sebagai
contoh, jika sebelumnya Pertamina tidak pernah diajak bicara atau dimintai
pendapat terkait pengelolaan blok tersebut, maka ke depan diharapkan BUMN
tersebut dapat diikutsertakan.
Priyono menyadari, pembicaraan mengenai revisi JOA ini
bukan hal mudah. Karena itu, pemerintah tidak memasang target tertentu untuk
penyelesaiannya.
“Kita nggak buru-buru. Sekarang perhatian kita untuk Blok
Cepu ada 2 yaitu produksi awal dan produksi penuh,†kata Priyono.
Yang terpenting dari revisi JOA ini, lanjut Priyono, kedua
belah pihak yaitu Exxon Mobil dan Pertamina merasa nyaman dalam bekerja sama.
Pertamina memegang 45% saham di Blok Cepu. Namun perannya
sangat kurang dibanding Exxon. Revisi JOA antara lain dilandasi lambannya
produksi blok tersebut. Target produksi 20.000 barel per hari dari Blok Cepu
berulang kali mundur dari target.
Kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani 17 September
2005, antara MCL Cepu yang menguasai 20,5% saham, PT Pertamina memiliki 45% saham
dan Ampolex Cepu Ltd (anak perusahaan ExxonMobil) 24,5%. Sejumlah BUMDyaitu PT Sarana Patra Hulu Cepu, PT Asri
Dharma Sejahtera dan PT Blora Patragas Hulu juga memiliki saham di blok ini.