Dalam
pernyataannya, Nuaimi mengatakan bahwa pasokan minyak tetap akan berlebih
sekalipun akan mengalami pemotongan karena stok minyak saat ini lebih tinggi
dari biasanya.
OPEC juga
telah meminta negara-negara non-OPEC untuk turut memangkas produksi
masing-masing hingga 600.000 barel guna menstabilkan harga.
Namun, rencana
ini justru menurunkan harga minyak. Pada perdagangan Selasa (16/12), minyak jenis light sweet turun
sebanyak US$ 91 sen menjadi US$ 43,6 per barel. Sedangkan Brent North Sea
menjadi US$ 44,56 per barel.
Mengenai
kelebihan stok yang terjadi, Presiden OPEC Chakib Khelil menggambarkannya
sebagai suatu tantangan yang nyata bagi pasar minyak.
"Perkembangan
yang tidak seimbang dalam pasar minyak selama baberapa kuartal mendatang akan
menjadikan overhang lebih
tinggi dalam inventaris, jika diperparah resesi global," katanya.