Nego Harga Senoro Harus Selesai Februari

“Negara dirugikan karena gas tidak bisa segera dijual dan jadi penerimaan negara,” kata Deputi Finansial dan Pemasaran BPMIGAS Eddy Purwanto di Jakarta, akhir pekan lalu.

 

Berlarutnya negosiasi harga gas Senoro bermula dari permintaan pembeli LNG asal Jepang yaitu Kansai Corp dan Toho Corp untuk menurunkan harga gas yang disepakati semula yaitu US$ 3,85 per MMBTU dengan patokan harga minyak US$ 35 per barel.

 

Saat ini, pelaksanaan proyek tersebut menggunakan pola downstream yakni Pertamina dan Medco menjadi penjual gas kepada pihak lain. Pihak lain ini yaitu Mitsubishi, akan membangun kilang LNG sekaligus mengolah gas menjadi LNG dan menjualnya.

 

Eddy menegaskan, kalau sampai akhir Februari masalah ini belum selesai, maka BPMIGAS menyarankan pola lain yaitu upstream atau tender. Bila proyek dijalankan dengan upstream, maka Pertamina dan Medco harus membangun kilangnya sendiri. Padahal, untuk membangun kilang butuh biaya tidak sedikit yaitu sekitar US$ 0,7-1 miliar.  

 

Rencananya, kilang Senoro akan mendapat pasokan gas sebebesar 250 juta kaki kubik dari Blok Senoro yang memiliki cadangan 1,53 triliun kaku kubik dan Blok Matindok yang memiliki cadangan 0,7 triliun kaki kubik. Total investasi untuk mengembangkan kedua blok tersebut diperkirakan mencapai US$ 700 juta.

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.