“Saya sudah bicara dengan Pak Simon (Dirjen Minerba Pabum) dan kami sepakat untuk membicarakan tumpang tindih lahan ini secepatnya,†kata Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso.
Masalah tumpang tindih lahan di mana dalam satu wilayah kerja terdapat lebih dari satu Kuasa Pertambangan (KP)/PKP2B, merupakan salah satu masalah yang dihadapi pemerintah dalam mengembangkan wilayah kerja CBM.
Menurut Luluk, salah satu alternatif penyelesaian tumpang tindih lahan ini adalah seluruh KP batu bara dan PKP2B dalam satu wilayah kerja migas membentuk grup dan dikoordinir oleh satu kontraktor sebagai leader.
Selain tumpang tindih lahan, kendala lain yang masih mengganjal pengembangan CBM, antara lain masih kurangnya data yang diperlukan untuk evaluasi seperti well dan seismic di beberapa daerah yang diduga mempunyai potensi CBM serta belum semua wilayah yang mempunyai potensi CBM dekat atau memiliki jaringan pipa gas yang dapat menyulitkan pemasaran gas.
Untuk masalah kekurangan data, alternatif penyelesaiannya adalah korelasi dengan data yang ada di wilayah terdekat, analogi dengan data yang ada di negara lain serta melakukan analisa laboratorium setelah mendapatkan semua izin yang diperlukan.
Sementara mengenai masalah jaringan pipa, opsi penyelesaiannya adalah membangun pembangkit listrik skala kecil atau mini power plant dan membangun jaringan pipa gas.