â€ÂIni kan jaman transparan.
Rakyat perlu tahu,†katanya usai pelantikan pejabat eselon I dan II di
lingkungan Kementerian ESDM, Jumat (15/4).
Pada kesempatan itu Darwin
menjelaskan, pada perpanjangan blok tersebut, semula Pertamina berupaya agar
mendapatkan kepemilikan 55% atau naik 5% dari sebelumnya sebesar 50%. Pemerintah cq Menteri ESDM kemudian memberikan
porsi saham 60% pada perusahaan pelat merah itu. Namun saat ini, ada pandangan
agar BUMN tersebut mendapat kepemilikan
100%. Jika Pertamina ingin mendapatkan 100% dan sanggup 100% dengan segala
konsekuensinya, lanjut Darwin, maka pemerintah akan mendukungnya.
“Blok West Madura kontribusi produksinya cukup besar terhadap
produksi nasional
Oleh karena itu, tambah
Darwin, dirinya mengembalikan lagi kepada Dirjen Migas, Komisaris dan Direksi
PT Pertamina, berapa besar jumlah saham yang dikehendaki dan kesanggupannya.
â€ÂTidak hanya keinginan, tapi
juga kesanggupan dan menjaga komitmen. Jadi saya masih mengembalikan ke
mereka,†tambahnya.
Blok West Madura pertama kali
ditandatangani pada 7 Mei 1981 dengan porsi kepemilikan saham Pertamina 50%,
Kodeco 25% dan CNOOC 25%. Kontrak blok ini akan berakhir pada Mei 2011.
Produksi minyak di blok tersebut mencapai 14 ribu barel per hari dan gas 92
juta standar kaki kubik per hari.
Dalam kontrak awal, sistem kerja sama yang dipakai adalah joint operating
body (JOB) dengan porsi 50% untuk Pertamina dan 50% untuk kontraktor
swasta.
PT Pertamina telah menawarkan diri kepada pemerintah agar dijadikan sebagai
pemegang saham mayoritas di blok tersebut. Bahkan, Pertamina meminta pemerintah
mengeluarkan mandat pengalihan
operatorship sampai ada kepastian perpanjangan kontrak Blok West Madura,
dengan alasan untuk mengamankan produksi blok tersebut yang saat ini menurun
hingga 6.000 barel per hari.