Demikian benang merah sambutan Menteri Koordinator bidang Perekonomian
Hatta Radjasa pada Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi Se-Indonesia di
Nusa Dua, Bali, Kamis (13/6).
Menurut Hatta, daya tahan energi
Indonesia saat ini terbilang rapuh. Jika terjadi sesuatu, Indonesia
tidak memiliki cadangan energi.
"Yang ada, cuma cadangan BBM 20 hari," katanya.
Dengan
kenyataan seperti itu, lanjutnya, akan sulit bagi Indonesia untuk
menegakkan ketahanan energi. Apalagi sebagian kebutuhan BBM masih harus
diimpor. Sementara, program konversi dari minyak tanah ke LPG, tidak
kunjung meningkatkan ketahanan energi karena kebutuhan energi sebagian
juga harus diimpor.
"Daya tahan energi kita, kalau kita tidak
manage dengan baik suplai dan demand, akan mengalami persoalan ketika
kita mendorong pertumbuhana ekonomi kita di atas 6-7%," tambahnya.
Demi masa depan bangsa, kata Hatta, maka energi baru terbarukan harus dikembangkan.
Terkait
ketahanan energi nasional ini. Direktur Utama PT Pertamina Karen
Agustiawan, menyatakan kesiapannya menjalankan peran penting dalam
menjaga keberlanjutan pasokan energi di Indonesia melalui kepemimpinan
dalam bisnis energi.
Dengan posisinya sebagai BUMN energi
terbesar di tanah air, Pertamina akan berperan aktif dan menentukan bagi
keberlangsungan pasokan energi di Indonesia dan juga kawasan regional.
“Melalui
kepemimpinan pada bisnis inti migas dan pertumbuhan bisnis baru melalui
diversifikasi sumber energi dalam koridor green business yang selaras
dengan aspek keselamatan lingkungan, Pertamina siap menjalankan peran
penting untuk keberlanjutan pasokan energi tidak hanya di Indonesia
tetapi juga di kawasan regional Asia,†terang Karen.
Dia
melanjutkan, usaha penting yang harus dilakukan oleh Pertamina dan
seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga keberlangsungan pasokan
energi pada 2030 seperti membangun kekuatan bisnis hulu dengan kemitraan
yang kuat dan saling menguntungkan, mendorong pengembangan energi baru
dan terbarukan. (TW)