Hal itu disampaikan
Secara prinsip, paparnya, sebaiknya memang gas dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun kondisi sejumlah lapangan
migas di
"Hidup kita jangan hitam dan putih. Donggi-Senoro
yang penting jalan," katanya.
Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo menambahkan,
pekan ini pemerintah akan melakukan pertemuan dengan produsen, konsumen dan
perbankan untuk membahas pengembangan Donggi-Senoro.
"Jika gas akan digunakan untuk domestik, semuanya
harus jelas. Termasuk juga pendanaannya. Makanya kita juga akan bicara dengan
perbankan," kata Evita.
Diharapkan pada awal Desember ini, hasil kajian mengenai
pengembangan Donggi-Senoro sudah dapat diselesaikan dan pada Januari 2010,
pengembangan sudah dapat dilakukan.
Seperti diketahui, terkait pengembangan Lapangan
Donggi-Senoro untuk domestik, Konsorsium PT Pertamina dan PT Medco telah
menurunkan harga jual gas menjadi antara US$ 5-6 per MMBTU dari US$ 6,16 per
MMBTU. Penurunan harga jual gas Donggi-Senoro untuk konsumen domestik itu
dengan persyaratan pembeli harus siap menyerap gas tersebut dan adanya
kejelasan dari segi pembiayaan.
Hingga saat ini sudah ada 3 perusahaan yang menyatakan
berminat membeli gas Donggi-Senoro yaitu PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Panca Amara Utama (PAU). Ketiga
perusahaan itu, membutuhkan pasokan gas sekitar 211 MMSCFD. Jumlah ini hanya
sebagian dari kapasitas produksi lapangan Donggi-Senoro.
Untuk mengembangkan lapangan yang dioperatori PT Pertamina
dan PT Medco itu, biaya yang diperlukan sekitar US$ 3,7 miliar, dengan
perincian US$ 1,7 miliar untuk pengembangan upstream
dan US$ 2 miliar untuk downstream.
Dengan estimasi nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp 10.000, maka biaya
yang diperlukan sekitar Rp 37 triliun.