Hal itu dikemukakan Kepala
BPMIGAS R. Priyono dalam Rapat Kerja dengan Anggaran DPR, beberapa hari lalu.
Dipaparkan, realisasi produksi
Mobil Cepu Ltd mencapai 21.446 barel per hari atau 1.446 barel per hari di atas
target 20.000 barel per hari. Produksi Medco E&P Indonesia mencapai 23.863
barel per hari atau 863 barel per hari di atas target 23.000 barel per hari.
ExxonMobil produksinya mencapai 4.851 barel per hari atau 851 barel per hari di
atas target 4.000 barel per hari, Chevron Indonesia kelebihan produksi 702
barel per hari dari target 23.000 barel per hari serta Star Energy (Kakap)
produksinya mencapai 4.121 barel per hari atau 621 barel per hari di atas
target 3.500 barel per hari.
Sementara 31 KKKS lainnya
belum dapat mencapai target produksi, antara lain Kodeco Energy Co. Ltd, PT Pertamina EP, Chevron
Pacific Indonesia, ConocoPhillips Ind Ltd, CNOOC SES Ltd.
Produksi Kodeco Energy
mencapai 16.431 barel per hari atau kurang 12.569 barel per hari dari target
29.000 barel per hari. PT Pertamina kekurangan 10.715 barel per hari dari
target produksi 132.000 barel per hari dan Chevron Pacific Indonesia kekurangan
10.492 barel per hari dari target 370.000 barel per hari.
Selain itu, ConocoPhillips Ind
Ltd kekurangan 9.843 barel per hari dari target 61.000 barel per hari dan CNOOC
SES Ltd kekurangan 2.414 barel per hari dari target 40.000 barel per hari.
Menurut Priyono, kendala-kendala
pencapaian produksi minyak bumi tahun 2011, antara lain belum terealisasinya
perpanjangan kontrak Lapangan Madura, sebagian besar lapangan yang berproduksi
merupakan lapangan tua dengan laju penurunan sekitar 12% jika tidak dilakukan
sesuatu dan 70% fasilitas produksi merupakan fasilitas yang sudah tua sehingga
frekuensi unplanned shutdown lebih
sering terjadi.
â€ÂSelain itu, tidak banyak
ditemukan lapangan baru dalam skala besar, tertundanya pemboran sumur karena
masalah pembebasan lahan, cuaca buruk dan kehilangan peluang produksi karena unplanned shutdown 14.8 ribu barel per
hari,†katanya.
Namun demikian, pemerintah
tetap berupaya untuk meningkatkan produksi dengan cara mendorong upaya optimasi
produksi dan EOR pada lapangan
eksisting serta pengembangan lapangan baru termasuk percepatan produksi sumur
temuan eksplorasi (POP).
Upaya lainnya adalah melakukan
koordinasi dengan departemen terkait sehubungan dengan ijin pembebasan lokasi,
ijin kehutanan, ijin transportasi dan tumpang tindih lahan, mengurangi
perencanaan unplanned shutdown dengan
perencanaan maintenance yang lebih
baik serta optimasi planned shutdown.