Penyumbang berikutnya adalah sub sektor pertambangan umum
sebesar Rp 123, 59 triliun atau 98 %
terhadap target APBN-P, sub sektor panas bumi sebesar Rp 0,74 triliun atau 212
% dari target APBN-P dan lainnya Rp 1,87 triliun atau 235 % dari target APBN-P.
Hal itu dikemukakan Menteri ESDM Jero Wacik dalam jumpa pers terkait Kinerja
Sektor ESDM Tahun 2012 di Kementerian ESDM, Rabu (26/12) petang. Mendampingi
Menteri ESDM, para pejabat eselon I di lingkungan Kementerian ESDM, Wakil
Kepala SK Migas dan undangan lainnya.
Sektor ESDM juga memberikan
peran dalam menarik investasi. Pada 2012, perkiraan realisasi investasi
mencapai US$ 28,34 miliar, di mana investasi
sub sektor migas menjadi penggerak terbesar dengan nilai sebesar US$ 18,21 miliar. Berikutnya sub sektor ketenagalistrikan sebesar US$ 5,62 miliar, minerba
sebesar US$ 4,20 miliar dan energi baru
terbarukan sebesar US$ 0,31 miliar.
Sub sektor migas
Penerimaan sub sektor migas terutama disumbang oleh produksi minyak mentah dan
gas bumi. Pada 2012, perkiraan realisasi produksi minyak mentah
sebesar 860.000 barel per hari atau 92 %
dibanding target sebesar 930.000 barel per hari. Sedang proyeksi realisasi produksi
gas bumi sebesar 8.196 MMSCFD atau 92 % dari target.
Pada APBN-P 2012, proyeksi harga minyak mentah (ICP) sebesar US$ 105 per barel.
Dalam perkembangannya, harga minyak mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada
bulan Maret 2012 yang mencapai sebesar US$ 128 per barel. Namun pada bulan Juni
turun menjadi sekitar US$ 99,08 per barel. Sehingga harga rata-rata ICP selama
Januari 2012 hingga 24 Desember 2012 sebesar US$ 112,7 per barel. Pada tahun
2013, ICP diproyeksikan sebesar US$ 100
per barel.
Penyaluran BBM bersubsidi selama 2012 mencapai 45,27 juta KL, melebihi kuota
APBN-P sebesar 40 juta KL. Peningkatan ini terutama disebabkan meningkatnya
jumlah kendaraan bermotor akibat peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selama 2012
harga BBM tidak dinaikan karena sesuai APBN-P 2012 harga ICP selama 6 bulan
terakhir 2012 tidak melampaui 15 % dari asumsi dalam APBN-P sebesar US$
105 per barel.
Perkiraan realisasi penyaluran BBM bersubsidi yang melampaui target membuat
realisasi subsidi energi juga melebihi target APBN-P 2012. Dari
target subsidi BBM sebesar Rp 137,4 triliun, perkiraan realisasi sebesar Rp
216,8 triliun. Jika ditambah dengan perkiraan realisasi subsidi listrik sebesar Rp 93
triliun (target Rp 65 triliun), maka perkiraan realisasi subsidi energi secara
keseluruhan mencapai Rp 309,8 triliun (137 % dari target) atau sekitar 18 %
dari APBN-P tahun 2012.
Pada tahun 2013, subsidi energi diproyeksikan turun menjadi sebesar Rp 272,4
triliun, terdiri dari subsidi BBM sebesar Rp 193,8 triliun dan subsidi listrik
sebesar Rp 78,6 triliun. Hal ini dengan mempertimbangkan bahwa pada tahun 2013
dilakukan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) sebesar 15 persen secara
bertahap kecuali untuk golongan pelanggan 450 VA dan 900 VA.
Meski nilai subsidi energi mengalami kecenderungan meningkat, namun neraca
sektor ESDM masih positif. Artinya penerimaan sektor ESDM masih lebih besar dibanding subsidi
energi. Pada tahun 2012, untuk subsidi energi sebesar Rp 309,78 triliun,
penerimaan sektor ESDM mencapai Rp 415,2 triliun. Sedang pada 2013 diperkirakan
dari subsidi energi sebesar Rp 272,44 triliun, penerimaan sektor ESDM mencapai
Rp 403,36 triliun.
Sementara itu mengenai pasokan gas untuk domestik, pada tahun 2012 jumlahnya mengalami
kenaikan yang berarti. Jika tahun 2011 alokasi gas untuk dalam negeri sebesar
3,267 Miliar British Thermal Unit Per Day (BBTUD), maka tahun 2012 meningkatkan
menjadi 3,615 BBTUD. Tahun 2013, volumenya masih meningkat, diproyeksikan
menjadi 4,020 BBTUD.