“Pemerintah menyambut baik pembangunan kilang ini karena
DME merupakan salah satu komponen substitusi LPG yang produknya akan dimanfaatkan
sebagai bahan bakar. Tidak hanya untuk rumah tangga, tetapi juga industri,â€Â
ujar Evita pada acara tersebut.
Pembangunan kilang DME pertama di Indonesia itu, dilakukan
oleh PT Arrtu Mega Energi di lahan seluas 10,6 hektar. Kilang berkapasitas 840
ribu ton per tahun dengan investasi sekitar US$ 144 juta tersebut, diperkirakan
pembangunannya memakan waktu sekitar 20,5 bulan. Semula investasinya
diperkirakan sekitar US$ 330 juta. Namun lantaran sebagian bahan bakunya telah
mampu disediakan oleh PT Krakatau Steel, maka biayanya pun dapat ditekan. PT
Pertamina bertindak sebagai offtaker.
Menurut Evita, jika Indonesia sudah mampu memproduksi
DME, maka impor LPG yang melonjak sebagai konsekuensi program konversi minyak
tanah ke LPG dapat ditekan. Saat ini, impor LPG mencapai 70% dari total
kebutuhan LPG. Bahkan di tahun 2010 ini, impor LPG sudah mencapai 50%.
“Bayangkan jika (kilang) ini jadi, dapat meningkatkan
ketahanan energi kita karena kebutuhan kita akan energi sangat banyak,â€Â
jelasnya.
Untuk tahap awal, spesifikasi DME sebesar 20% akan
dicampurkan dengan LPG. Dengan besaran itu, tidak perlu dilakukan perubahan
fasilitas seperti kompor. Namun demikian, kata Evita, akan lebih baik jika DME
50% dicampur dengan LPG atau bahkan 100% DME. Konsekuensinya, perlu dilakukan
perubahan pada kompor yang digunakan.
Bahan baku
DME pada tahap awal akan berasal dari methanol
yang diimpor. Ke depan, DME akan diproduksi dari batu bara berkalori rendah
yang banyak tersedia di Indonesia.
Apalagi, batu bara berkalori rendah ini sulit untuk dipasarkan. Karena itu
sangat tepat jika diolah menjadi DME.
Terkait hal tersebut, Dirut PT Arrtu Mega Energi
Christoporus Richard, menambahkan, direncanakan pada tahun ke empat,
perusahaannya sudah dapat memproduksi DME dari batu bara.
Untuk diketahui, cadangan batu bara berkalori rendah di Indonesia cukup besar yaitu 11,54 miliar ton di
Sumatera dan 7,17 miliar ton di Kalimantan.
DME adalah senyawa bening tidak berwarna, ramah lingkungan
dan tidak beracun, memiliki CH3OCH3 dengan berat molekul 46,07 gr/mol, memiliki
titik didih normal -23,7 derajat celcius. Pada kondisi ruang yaitu 25 derajat
celcius dan 1 atm, DME adalah senyawa stabil berbentuk uap dengan tekanan uap
jenuh sebesar 6,1 atm. Karakter DME memiliki kemiripan dengan komponen LPG
yaitu propan dan isobutan, sehingga teknologi handling LPG
dapat diterapkan bagi LPG.
DME
sebagai bahan bakar bakar, saat ini terutama digunakan di Cina. Negara tersebut
merupakan produsen dan pemakai DME terbesar di dunia dengan kapasitas mencapai
3 juta ton per tahun. Pemanfaatan DME di sektor rumah tangga telah aplikasikan di
berbagai kota
dan provinsi di Cina.
Sementara
DME sebagai bahan bakar transportasi yaitu pengganti solar, telah diaplikasikan
di Austria, Amerika,
Denmark, Swedia, Korea,
Cina dan Rusia. Di sektor industri, DME sebagai bahan bakar turbin gas telah
diaplikasikan di Jepang, Korea Selatan, Cina dan India.