“Kalau sampai akhir bulan (Januari) belum diputuskan,
pengembangannya delay. Jadi kita
harapkan paling lambat Februari agar tidak delay,â€Â
kata Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo disela-sela acara Indonesia-Japan
Joint Economic Forum di Hotel Grand Hyatt, Senin (11/1).
Jika
semuanya sesuai rencana, maka gas dari Lapangan Donggi-Senoro akan
diproduksikan pada sekitar kuartal 1 dan 2 tahun 2013.
Lebih
lanjut Evita menjelaskan, pihaknya telah menyerahkan tiga opsi pengembangan
Lapangan Donggi-Senoro yaitu 100% untuk domestik, 100% ekspor dan kombinasi
domestik dan ekspor. Keputusan pengembangan akan diambil dalam Sidang Kabinet.
Mengenai
rencana pendanaan dalam negeri untuk lapangan tersebut, ia menambahkan, hingga
saat ini belum tuntas dibahas karena perbankan nasional memperlakukannya
sebagai business as usual. Padahal,
pemerintah menginginkan adanya perlakuan khusus.
Untuk mengembangkan lapangan, dibutuhkan biaya sekitar US$ 3,7 miliar, dengan perincian US$ 1,7 miliar untuk pengembangan upstream dan US$ 2 miliar untuk downstream. Dengan estimasi nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp 10.000, maka biaya yang diperlukan sekitar Rp 37 triliun.
Saat ini
sudah ada 3 perusahaan yang menyatakan berminat membeli gas Donggi-Senoro yaitu
PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Panca
Amara Utama (PAU). Ketiga perusahaan itu, membutuhkan pasokan gas sekitar 211
MMSCFD. Pembeli domestik menginginkan harga gas sekitar US$ 4,2 per MMBTU plus
formula, sedangkan KKKS menginginkan harga US$ 5,62 per MMBTU.