Kenaikan Harga Minyak Dunia Perlu Jadi Pertimbangan Pelaksanaan Pengaturan BBM Bersubsidi


”Dari kemajuan hasil yang disampaikan pokja-pokja (pengaturan BBM bersubsidi), secara operasional, pemerintah telah siap dengan pelaksanaan kebijakan BBM bersubsidi. (Namun) Tanpa kita harapkan dan duga sebelumnya, dengan kenaikan harga minyak mentah dunia, kiranya perlu menjadi pertimbangan serius untuk pengaturan BBM bersubsidi. Kita perlu mendalami kembali perkembangan yang saat ini terjadi dengan hati-hati,” kata Menteri ESDM dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, kemarin petang.

 

Darwin menjelaskan,  Pokja Operasional melaporkan, switching mobil tangki premium ke pertamax pada dasarnya sudah siap dan bisa dilakukan pada H-1 sedangkan untuk depot dan mobil tangki di Jabodetabek sudah siap 90%, dan pada akhir Maret untuk Jabodetabek akan 100%.

 

Sementara Pokja Pengawasan telah menyusun Buku Juklak dan Juknis Pengawasan dan melakukan kerja sama dengan instansi terkait antara lain dengan Pemda, Polri, Kejaksaan, kementerian Perhubungan, Mabes TNI, Menko Polhukam, Asosiasi Transportasi dan Hiswana Migas.

 

Pokja Sosialisasi telah melakukan workshop dan sosialisasi lanjutan meliputi TOT, sosialisasi kepada gubernur, iklan layanan masyarakat dan bimbingan teknis SPBU, operator angkutan umum dan lainnya.

 

Pokja Hukum telah menyiapkan rancangan Perpres pengganti Perpres no 55 tahun 2005. Sedangkan Pokja Sosial Ekonomi dengan penanggung jawab Bappenas telah merancang bantuan pemerintah untuk pembiayaan investasi di SPBU dan melakukan kajian dampak kebijakan ekonomi makro, khususnya terhadap inflasi dan postur APBN dalam jangka panjang.

 

Namun demikian, lanjut Darwin, berdasarkan monitoring dari harga minyak mentah dunia,  terjadi pelonjakan yang sangat tinggi dari pengaruh aspek non fundamental dari Afrika Utara dan Timur Tengah dan WTI tercatat sebesar  US$ 105,44 per barel, Brent US$  115,04 per barel dan SLC mencapai US$ 117,26 per barel.

”Mengingat krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara belum bisa diprediksikan kapan akan berakhir dan dapat saja meluas ke negara lain, sehingga kemungkinan terjadi lonjakan harga minyak mentah yang sangat tinggi dan semakin sulit diprediksi,” tambahnya.

Perkembangan harga minyak dunia ini, juga akan mempengaruhi harga minyak mentah Indonesia maupun pembiayaan BBM. Sampai dengan tanggal 7 Maret 2011, ICP  Maret untuk sementara telah mencapai US$ 113, 75 per barel. Sedangkan rata-rata ICP untuk Januari hingga awal Maret mencapai US$ 104,72 per barel atau 37% lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2010.

”Ditinjau  tinjau dalam rata-rata 12 bulan terakhir hingga 7 Maret 2011,  maka ICP rata-rata berkisar pada US$ 86,41 per barel,” ujarnya.

Perkembangan minyak dunia maupun ICP, papar Darwin, mempengaruhi harga MOPS maupun biaya penyediaan BBM.  Mengacu pada harga MOPS tanggal 7 Maret 2011, untuk bensin ron 92, harga acuan bensin sekelas pertamax sebesar Rp 8.800 per liter. Sementara untuk harga MOPS bensin ron 88 sebesar Rp 8.300 per liter. Dengan asumsi ICP tahun 2011 sebesar  US$ 80 per barel,  harga premium yang dipakai untuk acuan subsidi hanya sebesar Rp 5.600 / liter.

”Berdasarkan data-data tersebut, jika terjadi lonjakan harga yang terlalu tinggi, baik itu di pertamax ataupun premium keekonomian, perlu mendapatkan perhatian khusus untuk pengelolaan BBM dan lebih khususnya pada kebijakan pengaturan BBM bersubsidi pada waktunya,” ungkap Darwin.

 

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.