“Tidak ada cara lain, paling mudah
satu tanda tangan untuk menaikkan harga BBM,†kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf
Kalla ketika menerima Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
(Gaikindo) Sudirman di Kantor Wakil Presiden, Rabu (12/11), sebagaimana dikutip
dari situs resmi Wakil Presiden RI.
Pemerintah, kata Wapres, telah melakukan berbagai upaya agar dapat membatasi
penggunaan BBM bersubsidi, tetapi tidak berhasil, seperti dilakukan pencatatan
dengan alat radio yang ternyata juga tidak efektif.
Sudirman mengatakan bahwa Gaikindo mendukung kebijakan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM. Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan oleh Gaikindo
adalah para produsen otomotif memproduksi mobil dengan berskema low cost and
green car (LCGC) yang sistem pembakarannya sudah diprotek dan harus
menggunakan oktan yang tinggi ( BBM non subsidi). “Namun yang sulit ternyata
pemilik kendaraan karena cenderung memaksakan kendaraannya menggunakan BBM
bersubsidi,†ujar Sudirman.
Gaikindo juga telah melakukan penjajakan penggunaan bahan bakar gas, dengan
melakukan pembicaraan dengan para ahli. “Mengingat dalam pelaksanaannya perlu
terintegrasi secara baik antara Pertamina dengan SPBG-nya,†ucap Sudirman.
Data menunjukkan, besaran subsidi
BBM setiap tahun terus menunjukkan peningkatan. Dalam 5 tahun terakhir, sebanyak
Rp 1.300 triliun tersedot untuk subsidi BBM. Padahal dalam kurun waktu yang
sama, anggaran untuk kesejahteraan masyarakat hanya Rp 600 triliun. Artinya,
subsidi yang tidak produktif tersebut, seharusnya dapat digunakan untuk
membangun infrastruktur seperti jembatan, irigasi dan sarana kesehatan.
Untuk itu, Pemerintah membuat kebijakan menggeser subsidi yang tadinya subsidi konsumsi menjadi subsidi produktif. Ini bertujuan agar multiplayer ekonomi bisa dibangun dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (TW)