Jakarta, Karbon lintas batas sangat penting bagi upaya kolektif untuk mencapai net zero, hal ini memungkinkan negara-negara dengan emisi karbon yang besar tetapi kapasitas penyimpanan terbatas untuk mengangkut karbon ke wilayah-wilayah dengan potensi penyimpanan yang melimpah.
Indonesia telah menyiapkan ketentuan tertentu untuk mengatur transportasi karbon dari luar negeri. Tahap pertama pengembangan CCS di Indonesia, “Pemegang Izin Operasi Penyimpanan Karbon dapat mengalokasikan 30% dari total kapasitas Penyimpanan untuk digunakan bagi karbon dari luar negeri,” ungkap Koordinator Pokja Pengembangan Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Dwi Adi Nugroho, JCC Jakarta, Jumat (6/9).
Pemaparan disampaikan oleh Koordinator Pokja Pengembangan Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Dwi Adi Nugroho mewakili Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas pada saat memberikan materi “CCS Regulatory Framework in Republic of Indonesia : Carbon Storage License Area”, dalam acara Exxon Mobil Thematic Session at Indonesia International Sustainability Forum dengan tema “Carbon Capture & Storage (CCS) : Advancing Collaboration Opportunities for Emission Reduction and Sustainable Growth”.
“Namun alokasi ini dapat disesuaikan oleh pemerintah berdasarkan situasi dan kondisi perkembangan CCS di negara tersebut,” jelas Dwi Adi.
“Penyimpanan Karbon yang berasal dari luar negeri, hanya dapat dilakukan oleh produsen Karbon yang melakukan investasi atau terafiliasi dengan investasi di Indonesia,” pungkas Dwi Adi.
"Berdasarkan kajian Lemigas Kementerian ESDM, perkembangan CCS di Indonesia mempunyai potensi penyimpanan CO2 sebesar 577,62 giga ton CO2 tersebar di 20 lokasi dengan dua sumber yakni dari depleted reservoir dan saline akuifer, dengan daftar sebagai berikut :
- North East Java: 100.83 Giga Ton
- Tarakan: 91,92 Giga Ton
- North Sumatera: 53,34 Giga Ton
- Makassar Strait: 50,70 Giga Ton
- Central Sumatera: 43,54 Giga Ton
- Kutai: 43,00 Giga Ton
- Banggai: 40,31 Giga Ton
- South Sumatera: 39,69 Giga Ton
- Kendeng: 30,64 Giga Ton
- West Natuna: 13,15 Giga Ton
- Barito: 12,05 Giga Ton
- Seram: 11,58 Giga Ton
- Pasir: 10,36 Giga Ton
- Salawati: 8,75 Giga Ton
- West Java: 7,22 Giga Ton
- Sunda Asri: 6,52 Giga Ton
- Sengkang: 4,31 Giga Ton
- Bintuni: 2,13 Giga Ton
- North Serayu: 1,55 Giga Ton
- Bawean: 1,16 Giga Ton.