Dirjen Migas
Departemen ESDM Evita H. Legowo mengatakan, anggota tim akan melakukan
pertemuan pada 20 Maret mendatang untuk menyusun hasil kajian.
“Setelah itu akan
ada pertemuan lagi untuk ‘menghaluskan’ kesimpulan, sebelum nantinya kita
serahkan ke Wapres,†kata Evita.
Secara garis besar,
berdasarkan hasil kajian sementara, papar Evita, pembangunan pusat petrokimia
mungkin dilakukan. Namun yang masih menjadi pertanyaan, apakah industri
tersebut akan menggunakan gas dari lapangan milik BP Tangguh atau sumber
lainnya.
“Kalau gas dari BP,
(gas) yang tersedia tidak sebesar yang diperkirakan awal. Tapi di situ kan ada
sumber-sumber lain. Jadi buat saya, kemungkinan (membangun pusat petrokimia)
ada,†ujar Evita.
Dalam pertemuan
terakhir pekan lalu, lanjut Evita, sempat pula dipertanyakan apakah nantinya
akan langsung dibangun pabrik pupuk atau industri lainnya.
Kajian pembangunan
pusat petrokimia di Papua ini merupakan tindak lanjut instruksi Wakil Presiden
Jusuf Kalla agar Papua dijadikan pusat industri berbasis gas. Anggota tim
terdiri dari beberapa instansi terkait seperti Departemen ESDM, Departemen
Perindustrian, BPMIGAS, BPPT, Departemen Keuangan, PT PUSRI dan PT Rekayasa
Industri.
Tim diketuai oleh Dirjen Migas Migas Departemen ESDM. Tim kerja dibagi 3 yaitu Tim Hulu,
Hilir dan Pendukung.