Nota
kesepahaman kerja sama yang ditandatangani Kepala Balitbang Kementerian ESDM
Bambang Dwiyanto dan Presdir PT Medco E&P Budi Basuki tersebut, meliputi
berbagai aktivitas seperti evaluasi dan penentuan parameter teknis serta
potensi cadangan CBM di Rambutan, menentukan model keekonomian pengoperasian
konsesi CBM di Indonesia dan juga kerja sama penelitian serta jasa teknologi
dalam pengembangan CBM.
Potensi gas metana batu bara (coal bed methane/CBM)
CBM Indonesia berada di cekungan Sumatera Selatan (183 TCF), Barito (101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF) dan Sumatera Tengah (52,5 TCF) untuk kategori high prospective. Cekungan Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4 TCF), Ombilin (0,5 TCF), Pasir/Asam-Asam (3,0 TCF) dan Jatibarang (0,8) memiliki kategori medium. Sedangkan cekungan Sulawesi (2,0 TCF) dan Bengkulu (3,6 TCF) berkategori low prospective.
CBM telah diusahakan secara komersial di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Kanada, China dan Australia. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pemerintah, kondisi pengusahaan CBM di Indonesia lebih mendekati ke Powder River Basin USA dimana tingkat kematangan batu bara berada pada sub-bituminus.