"Cadangan CBM kami sekitar 400 TCF, terutama di Sumatera Selatan dan Kalimantan," kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro pada acara The 8th IJERT di Hotel InterContinental, Jakarta, Kamis (22/11).
Jika Indonesia dan Jepang bekerja sama mengembangkan CBM, lanjut Purnomo, maka gas yang diproduksi dapat memperkuat keamanan energi Jepang.
Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso menambahkan, kontrak kerja sama CBM yang pertama akan segera ditandatangani. Sejumlah perusahaan telah mengajukan proposal untuk melakukan joint study CBM.
"Jika berminat, proposalnya dapat segera diajukan kepada pemerintah," kata Luluk.
Menurut Wakil Dirut PT Pertamina (Persero) Iin Arifin Takhyan, Pertamina telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan Jepang untuk melakukan joint study CBM.
Dalam paparannya pada pertemuan tersebut, Direktur Pembinaan Program Migas Heri Poernomo menjelaskan, pengembangan CBM di Indonesia baru saja dimulai dan masih banyak area yang terbuka bagi investor.
"Permintaan domestik akan gas sangat tinggi dan produksi CBM memiliki pasar yang bagus," paparnya.
Produksi CBM juga dapat diekspor. Investasi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penawaran langsung atau tender.
CBM merupakan sumber energi alternatif masa depan Indonesia. Potensi terbesar CBM berada di Sumatera Selatan yakni mencapai 183 TCF.