Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo usai Indonesia-Iraq
Bilateral Meeting on Energy, kemarin,
mengungkapkan, saat ini Indonesia mengimpor minyak 300.000 barel per hari untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun hingga 2017 mendatang,
“Sekarang kita impor crude 300.000 barel per hari. Dia (Irak)
bisa menyuplai. Kita sedang cari (kilang) mana yang cocok (dengan jenis minyak
produksi Irak),†kata Evita.
Minyak produksi Irak, lanjut
Evita, berjenis middle to heavy. Oleh
karena itu, pemerintah mencari kilang
yang cocok untuk mengolahnya. Ada kemungkinan, kilang Pertamina Cilacap paling
tepat untuk kebutuhan itu. Meski demikian, masih diperlukan pengecekan apakah kilang
Cilacap telah memiliki kontrak jangka panjang atau sebaliknya.
Produksi minyak Irak saat ini
mencapai 3 juta barel per hari dan akan ditingkatkan menjadi 10 juta barel per
hari, sehingga tidak menjadi masalah bagi negara tersebut bila Indonesia ingin
membeli minyak produksinya. Untuk tahap awal, impor paling cepat akan dilakukan
semester I tahun 2013.
Iran merupakan negara dengan
cadangan minyak terbesar keempat di dunia dan secara agresif akan meningkatkan
produksinya hingga 11 juta barel per hari tahun 2016 untuk mendukung proses
rekonstruksi. Rekonstruksi Irak memerlukan investasi besar di sektor migas,
kelistrikan, konstruksi, pertanian, telekomunikasi, kesehatan, water resource management, petrokomia,
industri makanan dan obat-obatan.