"Besarnya
investasi ini merupakan jawaban riil dari bagaimana menariknya Indonesia di
mata perusahaan-perusahaan nasional dan asing," kata Menteri ESDM
Jero Wacik dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR mengenai Evaluasi Kinerja
Tahun 2012 dan Rencana Kerja Tahun 2013, Senin (18/2).
Wacik mengatakan, saat ini, negara yang perekonomiannya tumbuh di atas 6% hanya
ada dua yaitu China dan Indonesia. Hal ini membuat negara-negara lain
meningkatkan investasinya di Indonesia.
Dipaparkan Wacik, kinerja sektor ESDM tahun 2012 secara umum cukup
memuaskan. Hal ini tercermin pada asumsi makro sektor ESDM dan indikator
strategis lainnya. Antara lain, kontribusi penerimaan sektor ESDM dalam
penerimaan nasional tahun 2012 yang mencapai Rp 427,8 triliun. Realisasi
penerimaan sektor ESDM selalu melebihi target.
Rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) tahun 2012 mencapai US$ 112,7 per barel.
Lebih tinggi dari asumsi APBN-P sebesar US$ 105 per barel. Untuk tahun 2013,
ICP diasumsikan sebesar US$ 100 per barel.
Realisasi volume BBM bersubsidi tahun 2012 sebesar 45,07 juta KL. Untuk tahun
2013, volume BBM bersubsidi dialokasikan sebesar 46,01 juta KL.
Menurut Wacik, lebih tingginya ICP dan volume BBM bersubsidi dari target APBN-P
2012, menyebabkan realisasi subsidi BBM melonjak menjadi Rp 211,9 triliun. Ditambah
dengan membengkaknya subsidi listrik menjadi Rp 100,2 triliun, maka total
subsidi energi 2012 mencapai Rp 312,09 triliun atau 138% dari target APBN-P
2012.
"Namun tingginya subsidi energi tersebut masih lebih rendah dibandingkan
penerimaan sektor ESDM yang mencapai Rp 427,8 triliun," ujar Wacik.
Sementara mengenai produksi minyak, tahun 2012 mencapai 860.000 barel per hari
atau 92% dari target APBN-P. Sedangkan produksi gas bumi sebesar 1.455.000
barel setara minyak per hari. Meskipun produksi migas belum mencapai target,
namun dilihat dari sisi penerimaan, selalu melebihi target. Tahun 2012,
penerimaan migas mencapai Rp 301 triliun atau 108% dari target sebesar Rp 278
triliun.
Tahun 2013 merupakan titik terendah produksi gas dan tahun 2013 merupakan titik
terendah produksi minyak. Namun tahun 2014, ditargetkan produksi minyak akan
meningkat akibat on-stream-nya
produksi full scale Cepu. (Tursilowulan)