â€ÂPenandatanganan MoU ini
merupakan bukti keseriusan kerja sama riil dalam bidang ekonomi,†kata Jero
Wacik dalam kesempatan tersebut. Ia berharap, tonggak kerja sama ini juga
diikuti langkah konkrit Pemerintah Irak dengan memberikan dukungan terhadap
investor Indonesia.
Lebih lanjut Wacik
mengemukakan, Indonesia-Iraq Bilateral
Meeting on Energy berlangsung produktif dimana kedua belah pihak
menjelaskan peluang bisnis di masing-masing negara. Sebagai contoh, Irak
membutuhkan banyak hasil bumi seperti beras, gula, teh dan minyak goreng. Terkait dengan rekonstruksi besar-besaran
untuk memulihkan perekonomian dan infrastruktur, Irak juga membuka peluang bisnis bagi pengusaha
Indonesia seperti pembangunan jalan tol, lapangan terbang serta peningkatan
produksi minyak.
â€ÂIrak merencanakan peningkatan
produksinya dari 3 juta barel per hari menjadi 10 juta barel per hari. Ini
merupakan salah satu kesempatan Indonesia untuk ikut berpartispasi,†imbuhnya.
Kesempatan ini, lanjutnya,
sangat penting bagi Indonesia jika dapat berpartisipasi karena produksi minyak
di kilang-kilang Irak cukup besar, ada yang 1,8 juta barel per hari, ada pula
yang 2,5 juta barel per hari.
Kesepakatan lain dari
pertemuan bilateral tersebut yaitu Indonesia akan mengimpor minyak mentah untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mengalami kekurangan produksi sekitar 300.000
barel per hari.
Deputi Wakil Perdana Menteri
Energi Irak Hussain Al-Shahristiani dalam kesempatan itu menyatakan
kegembiraannya dapat meningkatkan hubungan kerja sama dengan Indonesia. Dia
menilai, kerja sama ini menguntungkan kedua belah dan saling melengkapi.