Demikian dikemukakan Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita
H. Legowo pada pembukaan seminarmigas di
London,
Inggris, Senin (11/10). Kegiatan ini
merupakan bagian dari roadshow
Kementerian ESDM di tiga negara yaitu China, Inggris dan Jerman. Roadshow
diikuti oleh instansi terkait seperti Kementerian Keuangan, BPMIGAS, BPH Migas,
BUMN migas, KADIN dan IPA serta perusahaan migas swasta seperti Medco Energi
Internasional.
Evita
memaparkan, permintaan energi di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir menunjukkan peningkatan. Pemerintah berusaha untuk meningkatkan kapasitas
pasokan energi, termasuk pengembangan ladang migas baru, mendorong eksplorasi
dan penemuan cadangan baru serta pengembangan infrastruktur.
“Pemerintah
Indonesia
menawarkan wilayah kerja baru dan insentif untuk merangsang percepatan
pengelolaan sumber daya alam migas. Pemerintah menawarkan 20 wilayah kerja baru
pada tahun ini, terdiri dari 14 blok
yang ditawarkan melalui mekanisme tender regulerdan 6 blok melalui penawaran langsung,†tutur
Evita.
Terkait
penawaran wilayah kerja migas baru, lanjutnya, pemerintah menawarkan term and condition yang menarik dan
kebijakan yang ramah investor.
Dikatakan Evita, selama kurun waktu 1980-1990, Indonesia
merupakan eksportir LNG terbesar di dunia. Meningkatnya permintaan gas domestik
telah mendorong Indonesia
untuk mengoptimalkan penggunaan gas, terutama untuk pembangkit listrik dan
bahan baku
petrokimia.
“Untuk mengoptimalkan pasokan gas, Indonesia juga mengembangkan gas
metana batu bara (coal bed methane/CBM).
Hingga saat ini, telah ditandatangani 20 wilayah kerja CBM dan diharapkan sudah
dapat dihasilkan gas dari CBM pada tahun 2011,†tambahnya.
Sementara untuk sektor hilir, Indonesia perlu meningkatkan
investasi kilang minyak. Saat ini, sekitar 35% kebutuhan minyak masih diimpor
karena keterbatasan kilang.Agar dapat
menarik investor hilir, pemerintah telah mengeluarkan insentif pajak untuk
membangun kilang baru.