Harga Minyak Semakin Melaju


Hingga Selasa malam waktu Jakarta, harganya sempat mencapai US$ 87,97 per barel meski turun lagi ke posisi US$ 87,01 untuk minyak mentah jenis light sweet kontrak New York pengiriman November. Minyak mentah Brent di London untuk pengiriman November melompat ke posisi US$ 84,31 per barel, juga merupakan angka tertingginya sepanjang sejarahnya, sebelum turun ke US$ 83,57.
 
Sebagai gambaran, satu barel ekuivalen dengan 158,98 liter atau 3,5 galon.
 
Kenaikan harga dalam sepekan terakhir telah mencapai US$ 8. Pasar terus berspekulasi mengatrol harga minyak di tengah kondisi permintaan yang tinggi, pasokan minyak relatif lebih ketat dan meningkatnya ketegangan antara Turki dan suku Kurdi di Irak.
 
Pemimpin OPEC Abdalla Salem El-Baderi menegaskan, lembaganya sangat peduli soal kenaikan harga itu, tetapi posisi harga sekarang tidak mencerminkan kondisi suplai dan permintaan sebenarnya di pasar.
 
Pedagang minyak pada CMC Markets, Nas Nijjar, menyatakan sebaliknya. "Sekarang kita menghadapi potensi (suplai) problem menjelang musim dingin."
 
Dalam kesempatan terpisah, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menyatakan, kenaikan harga minyak tersebut, selain meningkatkan penerimaan negara dari migas, juga menambah beban pemerintah dalam menanggung besaran subsidi untuk BBM dan listrik.
 
Kecenderungan lonjakan harga minyak itu, menurut Purnomo, harus disikapi dengan semakin agresif memakai energi alternatif menggantikan BBM. Hal itu juga menuntut penghematan pemakaian energi di semua sektor. Dari pengalaman krisis harga minyak yang lalu-lalu, negara yang bertahan melalui masa sulit adalah negara yang menerapkan kedua upaya itu. (Sumber: Kompas)
Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.