Hal tersebut diungkapkannya
setelah penandatanganan kontrak kerjasama RI-China pada Forum Energi
Indonesia-Cina ke 3 di JCC, Senin (22/12).
Sulitnya menurunkan harga elpiji
dikarenakan oleh tingginya biaya tabung, penyimpanan, dan distribusi yang
mencapai sekitar 40% dari harga bahan
"Bahwa
harga elpiji sejajar dengan harga contract
price (CP) Saudi Aramco. Sekarang mungkin CP nya US$ 380 per ton,
cuma itu
Tingginya biaya untuk mendatangkan elpiji membuat Pertamina sulit mengurangi
alpha.
Sementara
untuk produksi dalam negeri, kapasitas kilang nasional baru dapat mengolah
900.000 ton elpiji per tahun.
"Sekarang kita akan membangun fasilitas elpiji di lapangan, KPS sudah
membangun di Belanak. Itu menghasilkan 800.000, PetroChina sudah memproduksi di
Jabung sekitar 700.000 sampai 800.000 MT. Jadi produksi dalam negeri secara
total itu cuma 1,7 MT," kata Ari.