Harga Elpiji Sulit Turun, Produksi Domestik Belum Dapat Ditingkatkan

Hal tersebut diungkapkannya setelah penandatanganan kontrak kerjasama RI-China pada Forum Energi Indonesia-Cina ke 3 di JCC, Senin (22/12).

Sulitnya menurunkan harga elpiji dikarenakan oleh tingginya biaya tabung, penyimpanan, dan distribusi yang mencapai sekitar 40% dari harga bahan baku elpiji.

"Bahwa harga elpiji sejajar dengan harga contract price (CP) Saudi Aramco. Sekarang mungkin CP nya US$ 380 per ton, cuma itu kan masih di Arab Saudi sana dalam bentuk dingin belum dibawa ke sini. Belum di konversi, biaya penyimpanan, transportasi daratnya, biaya tabung jadi tambahan itu bisa 40% dari Saudi Aramco Price. Biaya transportasi saja ke sini saja bisa 10% sampai 15%," ungkap Ari.

Tingginya biaya untuk mendatangkan elpiji membuat Pertamina sulit mengurangi alpha.

Sementara untuk produksi dalam negeri, kapasitas kilang nasional baru dapat mengolah 900.000 ton elpiji per tahun.

"Sekarang kita akan membangun fasilitas elpiji di lapangan, KPS sudah membangun di Belanak. Itu menghasilkan 800.000, PetroChina sudah memproduksi di Jabung sekitar 700.000 sampai 800.000 MT. Jadi produksi dalam negeri secara total itu cuma 1,7 MT," kata Ari.

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.