Dalam
acara yang berlangsung sederhana namun hikmat tersebut, Evita terlihat cantik
dengan kebaya warna hijau muda. Tampak hadir pada acara itu, Wakil Menteri ESDM
Rudi Rubiandini, Sekjen ESDM Waryono Karno, Kabadiklat ESDM M. Teguh Pamudji, para
pejabat eselon II di lingkungan Kementerian ESDM, Wakil Kepala SK Migas J.
Widjonarko, Dirut PT PGN Hendi Prio Santosa, pimpinan IPA serta asosiasi.
Acara dibuka dengan sambutan wakil pegawai Ditjen Migas yang diwakili oleh Chamdan Kasfi. Pegawai senior yang ‘ditodong’ secara mendadak itu, mengaku tidak
sempat mempersiapkan penampilannya secara baik. Namun, sambutan yang
disampaikan secara spontan itu justru membuat suasana menjadi meriah.
Chamdan mengucapkan terima kasih atas upaya Evita dan pimpinan Ditjen Migas
lainnya yang berhasil mewujudkan keinginan para pegawai memiliki masjid
sendiri. Dia mengharapkan agar pengganti Evita dapat membangun masjid yang
lebih besar.
Selain itu, Chamdan juga menyampaikan terima kasih atas pengabdian Evita di
Ditjen Migas selama 4 tahun serta meminta maaf atas segala kesalahan yang
telah dilakukan.
Sambutan selanjutnya disampaikan Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini. Pertemanan
yang telah berlangsung sejak lama, termasuk semasa kuliah di Jerman, hingga
akhirnya menjadi rekan kerja di Kementerian ESDM, membawa banyak kenangan bagi
Rudi.
"Selama beberapa tahun, kami menikmati musim dingin bersama-sama di
Jerman. Kemudian kembali ke. Indonesia, Mbak Evi aktif di Lemigas dan saya
aktif mengajar di ITB. Kemudian kami dipertemukan lagi ketika Mbak Evi menjadi
Dirjen Migas, saya aktif di BPMIGAS dan kemudian menjadi Wamen. Ditambah lagi
BPMIGAS dibubarkan, jadi kami kembali susah bersama-sama," kata Rudi.
Selama 4 tahun menjabat sebagai Dirjen Migas, lanjut Rudi, banyak yang telah
dilakukan Evita. Antara lain, penandatanganan kontrak-kontrak migas yang
merupakan tabungan bagi anak dan cucu di masa mendatang.
Pensiun bagi Evita, menurut Rudi, merupakan suatu kebahagiaan karena tidak
sedikit orang yang memasuki masa pensiun dengan kegalauan.
"Tidak semua orang bisa menikmati kemerdekaan dan kebahagiaan dalam
kondisi yang baik. Mbak Evi sudah mempersiapkan kegiatan yang akan dilakukan
saat pensiun. Dia berbisik pada saya, akan meneruskan ilmu dengan menjadi
dosen. Saya bilang, selamat datang menjadi dosen karena saya sudah bosen jadi
dosen," ujar Rudi yang disambut gelak hadirin.
Mengakhiri sambutannya, Rudi mengharapkan agar prestasi yang telah dicapai
Evita, dapat menjadi contoh bagi pegawai lainnya agar dapat maju.
"Tidak mudah menjadi pegawai yang juga seorang wanita, seorang ibu. Tapi
hal ini dapat dilakukan Mbak Evi dengan mulus dan dengan capaian yang dapat
dibanggakan," tutupnya.
Sementara itu mengawali sambutannya, Evita bersyukur karena
sambutan perwakilan pegawai Ditjen Migas mampu memeriahkan suasana.
"Sebelumnya suasananya agak sendu, saya sudah menyiapkan tisue. Tapi
berkat Pak Chamdan, kesenduan itu buyar," ungkap Evita.
Ia juga bahagia
karena sebelumnya juga mendapat acara kejutan dari sekitar 16 wartawan yang
bertugas meliput di Kementerian ESDM. “Sungguh kejutan yang menyenangkan,â€Â
katanya.
Selanjutnya, Evita mengaku gembira karena pesan yang selalu diucapkannya dalam
berbagai kesempatan, diingat dan dituangkan dalam memori jabatan yang
penyusunannya dilakukan oleh Bagian Rencana dan Laporan yaitu bahwa tugas
Ditjen Migas itu sangat berat dan penghasil devisa negara kedua terbesar
setelah pajak. Sebagai PNS Ditjen Migas, harus melaksanakan hal yang berat dan
penting tersebut. Karena itu, ada dua hal yang selalu dipesankan yaitu pertama,
kerjakan dengan legowo atau ikhlas dan ojo
wedhi kangelan yang artinya jangan takut susah.
Evita juga mengaku bangga mendapat kepercayaan memimpin Ditjen Migas yang tidak
pernah mengenal lelah dalam bekerja.
"Jarang sekali kami dapat pulang tepat waktu. Tolong sampaikan maaf saya
kepada keluarga di rumah karena jadi membuat pulang terlambat," imbuhnya.
Lebih lanjut Evita mengungkapkan, dirinya bersama sejumlah pejabat yang telah
dan memasuki pensiun, antara lain Luluk Sumiarso, Bambang Setiawan dan Bambang
Dwiyanto, mendapat kenang-kenangan dari Menteri ESDM Jero Wacik berupa cincin
berstempel ESDM.
Evita juga mengingatkan para pegawai Ditjen Migas mengenai fungsi pelayanan.
Apabila ada stakeholder yang
mengalami kesulitan, harus menolong dengan ikhlas karena bekerja adalah ibadah.
"Kerja sama dengan stakeholder
harap diperhatikan. Kerjakan itu dengan baik karena itu akan memperlancar
pembangunan bangsa," tegasnya.
Setelah pensiun, Evita berencana menjadi dosen. Dirinya telah menerima tawaran
sebuah perguruan tinggi swasta untuk menyiapkan jurusan baru mengenai energi
yang belum ada di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan baru.
Evita juga mengharapkan agar komunikasi dan silaturahmi dapat terus berjalan.
Mengakhiri sambutannya, Evita mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Ditjen Migas atas kerja sama, dukungan
dan pengertiannya. Hal yang sama juga ditujukan kepada jajaran Kementerian ESDM
dan stakeholder.
"Saya juga meminta maaf. Saya manusia biasa. Jika ada hal yang tidak
berkenan di hati bapak dan ibu sekalian, mohon saya dimaafkan," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekjen ESDM Waryono Karno mengingat Evita sebagai
pribadi yang berdedikasi tinggi.
"Saya
menyebutnya Margareth Thatcher Indonesia. The
Indonesia Iron Women," katanya.
Yang paling berkesan bagi Waryono, ketika suatu saat dirinya menghubungi Evita
sekitar pukul 23.15 WIB. Evita yang saat itu masih memimpin rapat di kantor,
diminta menyelesaikan suatu pekerjaan malam itu juga. Meski lelah karena telah
11 kali memimpin rapat, Evita tetap menyelesaikan tugas tersebut dengan pulang
dini hari.
Sebagai penghargaan kepada Evita, Waryono membuatkan puisi yang dibacakan pada
acara tersebut.
Sebelum acara diakhiri dengan pemberian ucapan selamat, Evita menerima
kenang-kenangkan dari Ditjen Migas, Yayasan Pertambangan dan Energi, Koperasi
dan Kantin Pak Moel.