Surabaya, Pemerintah melalui Kementerian ESDM memulai era baru eksplorasi Migas sejak tiga tahun yang lalu, dengan melakukan perubahan fiskal yang lebih menarik.
“Buktinya mana? Buktinya dari tiga tahun terakhir, itu ada 23 kontrak migas baru. Termasuk dua yang kita tandatangani hari ini (WK Melati dan Amanah). Dari 23 kontrak migas itu, kita punya tabungan untuk melakukan eksplorasi sekitar 4,3 Triliun plus 11 Triliun untuk pengembangan, ditotal kita punya 15 triliun untuk ekplorasi dan pengembangan,” kata Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto pada saat ngisi materi “Finding the Next Frontier: Strategic Insights on Indonesia’s Key Working Areas” di acara “Indonesia Exploration Forum”, Hotel Westin Surabaya, Senin (13/10).
Dari 23 blok tersebut itu tidak diberikan secara normal, 20 di antaranya diberikan dengan fiscal term yaitu splitnya itu 40-50 persen. Dulu kan nggak sampai 30 persen, sekarang 40 sampai 50 persen yang telah merasakan ada 20 kontrak yang Bapak Ibu bisa lihat di sini. “Pemberian itu tentu berdasarkan tingkat risiko dan keekonomian dari suatu project karena memang ketidakpastiannya masih tinggi,” terang Ariana.
“Nah kita lihat dari 23 blok migas itu, memang kalau dilihat sini mayoritas masih di wilayah barat semua tapi di wilayah timur bukannya nggak. Akan ramai di wilayah timur akibat adanya kebijakan yang kita lakukan juga,” ucap Ariana.
Pemerintah punya fokus area di wilayah Indonesia Timur ada 5, mulai dari Buton, Timor, Seram, Arus, sampai Papua. “Apakah hasil evaluasi itu menghasilkan sesuatu? Pasti. Jadi itu di wilayah timur itu kurang lebih sudah ada lima join studi, bahkan sudah ada satu yang jadi blok migas baru,” tutup Ariana. (AFB/IRA)