Disepakati pula bahwa tambahan subsidi untuk Januari
sampai dengan Oktober 2009 sebesar Rp 1.000 per liter BBN. Sedangkan November
sampai Desember, untuk sementara disepakati Rp 1.000 per liter kecuali
ditetapkan lain oleh pemerintah dan atau DPR.
Pembayaran tambahan subsidi BBN diberikan melalui
Pertamina yang akan diteruskan kepada produsen BBN sesuai dengan volume yang
dicampurkan.
“Kesepakatan ini nantinya akan diperkuat dengan produk
hukum,†kata Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo pada rapat di Gedung
Migas, Selasa (6/10).
Sementara itu mengenai pembayaran tambahan subsidi BBN
untuk tahun anggaran 2010, pemerintah masih akan membahasnya lebih lanjut.
Selain Evita, rapat dihadiri oleh Direktur Pembinaan Usaha
Hilir Migas Saryono Hadiwidjoyo, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Depkeu
Mudjo Suwarno, wakil dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan PT Pertamina.
Untuk tahun 2009, pemerintah mengajukan tambahan subsidi
BBN Rp 1.000 per liter atau total Rp 831 miliar. Subsidi dimaksudkan untuk
mendorong pengembangan BBN yang terkendala karena harganya lebih tinggi jika
dibanding BBM bersubsidi. Untuk 2010, tambahan subsidi yang diajukan Rp 2.000
per liter. Dengan volume BBN sebesar 777.075 kilo liter, maka total subsidi BBN
mencapai Rp 1,554 triliun. Perinciannya, subsidi bioethanol Rp 429,082 miliar
dengan mandatory sebesar 1% dan biodiesel Rp 1,125 triliun dengan
mandatory 5%.
Guna mendorong pengembangan BBN, pemerintah juga telah
menyepakati formula harga indeks pasar biodiesel yaitu HPE biodiesel yang
diterbitkan oleh Menteri Perdagangan yang berlaku pada bulan bersangkutan.
Formula harga indeks pasar bioethanol adalah indeks
bioethanol Asia Tenggara di Argus rata-rata periode satu bulan sebelumnya,
ditambah dengan indeks penyeimbang produksi dalam negeri sebesar 7,5%.
Harga indeks pasar biodiesel dan harga indeks pasar bioethanol
ditetapkan oleh Menteri ESDM.
Berdasarkan data Ditjen Migas, kapasitas terpasang pabrik
ethanol (industrial grade) mencapai 281.750 kiloliter per tahun.
Sedangkan kapasitas terpasang pabrik ethanol (fuel grade) sebesar
303.230 kiloliter per tahun. Untuk biodiesel, terdapat 10 badan usaha dengan
kapasitas terpasang mencapai 3.184.311 kiloliter per tahun.