Kuta - Bali, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad menghadiri “Symposium ASEAN CCUS Network” yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung melalui program PUA-PT (Pusat Unggulan Antar Perguruan Tinggi) sebagai bagian rangkaian acara “ASEAN CCUS Network”, bertempat di The Patra Resorts and Villas, di Kuta – Bali, Sabtu (9/11).
Rangkaian acara ASEAN CCUS Network yang diselenggarakan pada tanggal 9 – 13 November 2024, yang akan diikuti oleh para peserta dari kalangan dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi se-ASEAN, serta kalangan pemerintahan dan industri di negara-negara ASEAN. Kegiatan tidak hanya berupa simposium, juga berupa Pelatihan Teknologi “Fiber Optic Sensing untuk Monitoring CO2-Injection dan “Microbubble CO2-Injection”. Simposium dan pelatihan ini, akan diberikan oleh beberapa staf pengajar ITB yang berpengalaman dengan bidang CCUS, serta dibantu pula oleh para ahli dan praktisi dari dalam dan luar negeri.
Saat memberikan Keynote Speech pada acara Simposium, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Noor Arifin Muhammad menyampaikan telah diterbitkan Peraturan Menteri ESDM 2/2023 yang mengatur aktivitas CCS di dalam wilayah kerja di mana aktivitas CCS juga diakui dalam skema cost recovery. Dan juga, telah terbit Perpres 14/2024 yang memfasilitasi aktivitas di luar industri migas seperti industri hard to abate.'
“Saat ini sedang disusun regulasi turunan terkait budgeting dan aspek keselamatan. Pada saat ini, ada dua perusahaan yang berminat untuk melakukan aktifitas CCS pada wilayah kerja,” ungkap Noor Arifin.
“Kerja sama dan kolaborasi, keypoint pengembangan CCUS untuk mendapatkan pengetahuan baru dan menjawab tantangan teknikal dan bisnis model,” terang Noor Arifin.
Pada saat memberikan sambutan pembukaan, Kepala Pusat Pemanfaatan Karbon Dioksida dan Gas Suar ITB, Bapak Sanggono Adisasmito menekankan pentingnya CCUS sebagai salah satu upaya melakukan dekarbonisasi. Namun, masih terdapat beberapa tantangan utamanya pada aspek teknikal, finansial, regulasi, dan aspek lainnya.
Di saat kesempatan yang sama, Guru Besar FTTM ITB Tutuka Ariaji pada pemaparan presentasinya memberikan informasi bahwa regulasi comprehensive yang telah diterbitkan telah meningkatkan skor level Indonesia pada Worlds of Regulatory Issue.
“Kategori risk scores, Indonesia masih harus bekerja keras pada aspek political, economic, legal, tax, operation dan security. CCUS regulation in key regulation menunjukkan Indonesia masih tertinggal pada pengembangan pada aspek licensing dan incentive,” kata Tutuka.