Asumsi Makro RAPBN-P 2011: ICP US$ 95, Produksi 945.000 bph

Sebelumnya dalam APBN 2011 ditetapkan ICP US$ 80 per barel, produksi/lifting minyak 970.000 barel per hari dan volume BBM bersubsidi 38,59 juta kiloliter.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Rabu (6/7), mengemukakan, usulan pengajuan asumsi makro RAPBN-P 2011 dilakukan karena perubahan harga minyak Indonesia (ICP) yang realisasinya lebih tinggi dari asumsi, realisasi produksi atau lifting minyak di bawah target serta volume BBM bersubsidi yang realisasinya melebihi kuota.

 
"Proses pembahasan usulan asumsi makro RAPBN-P 2011 sudah dilakukan di internal Kementerian ESDM maupun dengan Kementerian Keuangan," tambahnya.
 
Terkait perkembangan ICP, Evita menjelaskan, harga minyak pada awal 2011 naik signifikan karena aspek non fundamental. Namun mulai awal Mei 2011, harga cenderung turun. Berdasarkan perhitungan Ditjen Migas, ICP rata-rata Desember 2010 hingga Juni 2011 mencapai US$ 108 per barel. Sedangkan ICP rata-rata Juni 2010-Juni 2011 sebesar US$ 95, 91.
 
"Berdasarkan hal tersebut, kami usulkan ICP RAPBN-P 2011 sebesar US$ 95 per barel," katanya.
 
Sementara mengenai produksi lifting, realisasi hingga Mei 2011 mencapai 906.000 barel per hari. Untuk RAPBN-P, diusulkan menjadi 945.000 barel per hari.
 
Untuk mencapai target 945.000 barel per hari, papar Evita, upaya yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh program kerja tahun 2011 khususnya terkait pekerjaan sumur, menekan kehilangan peluang produksi terutama unplanned shutdown dan mempercepat program kerja pemboran sumur kuartal I tahun 2012 ke kuartal 4 tahun 2011.
 
Volume BBM bersubsidi dan LPG dalam RAPBN-2011 diusulkan sebesar 40,49 juta kiloliter. Perinciannya, premium 24,54 juta kiloliter, kerosene 1,80 juta kiloliter, solar 14,15 juta kiloliter dan LPG 3,52 juta ton.
 
Hingga 15 Juni 2011, realisasi premium mencapai 11,03 juta kiliter atau 105% di atas kuota. Kerosene 0,85 juta kiloliter atau 81% dari kuota, solar 6,32 juta kiloliter atau 106% di atas kuota dan LPG 1,38 juta ton atau 88% dari kuota.
 
Tambahan volume BBM bersubsidi disebabkan belum terlaksananya pengaturan BBM bersubsidi, pertumbuhan jumlah kendaraan di atas rata-rata dan disparitas harga BBM subsidi dan non subsidi yang menyebabkan migrasi pengguna BBM non subsidi ke subdidi dan penyelewengan BBM ke industri.
 
"Dengan semakin lebarnya disparitas harga, maka konsumsi BBM bersubsidi meningkat. Penjualan pertamax pada bulan Juni 2011 naik dibandingkan bulan sebelumnya sebagai dampak sosialisasi pengaturan BBM subsidi dan turunya harga pertamax," jelas Evita.
Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.