"Peningkatan penggunaan LGV itu pesat sekali.
Beberapa tahun lalu, masih sedikit yang menggunakan LGV," ungkap Wakil
Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo dalam kunjungannya ke PT Dirgantara
Indonesia di Bandung, akhir pekan lalu.
Meningkatnya jumlah pemakai LGV, lanjut Widjajono, terutama lantaran dari segi
safety, kini lebih terjamin. Hal ini membuat masyarakat merasa lebih nyaman
menggunakan bahan bakar gas.
Kendaraan dinas milik pemerintah, menurut rencana juga akan beralih
menggunakan bahan bakar gas.
Penggunaan LGV dan CNG untuk kendaraan roda empat, memberikan pilihan bagi
masyarakat terkait rencana pemerintah melakukan pembatasan penggunaan BBM
bersubsidi mulai 1 April mendatang. Bagi masyarakat yang merasa berat membeli
BBM non subsidi yang harganya saat ini sekitar Rp 8.300 per liter, dapat
menggunakan LGV yang harganya Rp 5.600 per liter setara premium (lsp).
Sementara CNG akan diperuntukkan bagi transportasi umum.
Untuk menggunakan bahan bakar ini, diperlukan converter kit. Bagi transportasi
umum, converter kit akan dibagikan secara gratis. Namun untuk pemilik kendaraan
pribadi, harus membeli sendiri. Meski demikian, pemerintah membuka
peluang memberikan keringanan bagi UKM dan anggota masyarakat tertentu.
Converter kit yang digunakan telah memenuhi standar keselamatan
internasional dan memiliki safety valve dan selenoid valve sehingga relatif
aman. Selain itu, memiliki kontrol unit sendiri, sehingga tidak mengganggu
fungsi dasar elektrik kendaraan.
Converter kit memiliki sistem dual fuel yang dapat dioperasikan menggunakan
bensin dan gas. Converter kit juga dapat dipindahkan ke kendaraan lain dengan
sistem yang sama.
Untuk tahun ini, diperlukan sekitar 300.000 unit converter kit. Jumlah ini
diperkirakan meningkat hingga 1 juta unit pada tahun depan.
"Kita (pemerintah) melihat yang akan pindah ke LGV itu banyak," ujar
Widjajono.