Dua Proyek Migas Untuk Peningkatan Produksi Diresmikan


Pengeboran 42 sumur di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, di Bojonegoro, Jawa Timur, segera dimulai. Rencananya, akan dibor 29 sumur produksi dan 13 sumur injeksi. Dengan tahapan ini, produksi puncak blok sebesar 165.000 barel minyak per hari dapat dicapai di akhir tahun 2014.


“Tahap pertama dibor delapan sumur baru di tapak (well pad) B,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini saat peresmian pengeboran sumur Lapangan Banyu Urip di Bojonegoro, Selasa (30/4. 


Rudi menjelaskan, setelah itu, secara berurutan dibor sumur baru di well pad C dan penambahan sumur di well pad A. Ke-42 sumur tersebut dibor menggunakan dua rig (tipe skidding rig) yang dibangun dan dioperasionalkan oleh perusahaan nasional. “Membanggakan karena putra putri Indonesia sudah bisa membangun rig berteknologi baru dan cukup canggih ini,” katanya.


“Mudah-mudahan produksi minyak awal (first oil) sebesar 90.000 ribu barel per hari dapat dicapai Agustus 2014,” kata Rudi. Jumlah tersebut sudah termasuk dari produksi dari Gas Oil Separation Plant (GOSP) yang saat ini sudah berproduksi sekitar 26.000-28.000 barel per hari.  Kemudian, secara bertahap selama tiga bulan, produksi akan meningkat hingga produksi puncak sebesar 165.000 barel per hari. Artinya, paling cepat November 2014produksi puncak dapat tercapai. “Produksi puncak tersebut akan tertahan selama lebih dari 3 tahun,” kata Rudi.


SKK Migas meminta kepada semua pihak, terutama MCL dan Kontraktor EPC untuk bekerjasama dalam menyelesaikan proyek sesuai dengan komitmen yang tercantum dalam kontrak. Rudi menegaskan, proyek ini penting dan strategis untuk ketahanan negara dalam bidang energi. Apabila proyek ini dapat berjalan seperti yang direncanakan, Lapangan Banyu Urip dapat memberikan kontribusi produksi minyak sekitar 16,5 persen dari target produksi minyak nasional pada akhir 2014. Angka ini merupakan hal yang sangat berarti bagi pendapatan Negara. Oleh karena itu, proyek Banyu Urip harus dapat terlaksana sesuai dengan sasaran proyek.


“Syaratnya, sesuai dengan waktu, mutu, biaya, taat terhadap semua peraturan, serta dilaksanakan dengan aman dan selamat,” kata dia. SKK Migas mengapresiasi pemerintah daerah, masyarakat, dan instansi terkait yang telah mendukung penuh proyek strategis ini. Misalnya, penerbitkan izin-izin yang diperlukan dan membantu proses pembebasan tanah agar proyek dapat dimulai pelaksanaannya.


Sementara di Balikpapan, Kalimantan Timur, SKK Migas  dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) VICO berhasil merealisasikan proyek nasional pengembangan gas unkonvensional, gas metana batubara (coal bed methane/CBM), sebesar 0,5 juta kaki kubik per hari (mmscfd) untuk kelistrikan yang pertama kali di Indonesia. Hal ini diharapkan menjadi milestone pengembangan gas unkonvensional lainnya di Indonesia.


Selain menjadi milestone pengembangan CBM untuk kelistrikan yang pertama di Indonesia, pemanfaatan gas metana batubara untuk kelistrikan ini diarahkan untuk kemanfaatan warga masyarakat bagi desa-desa yang terletak didalam atau sekitar Wilayah Kerja Sanga-Sanga.


“Kami berharap keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh VICO dalam mengembangkan gas unkonvensional di Indonesia dapat mendorong kontraktor kontrak kerja sama yang lain untuk mempercepat pengembangan gas metana batubara sebagai salah satu energi alternatif,” ujar Deputi Pengendalian Operasi Muliawan di Balikpapan, Selasa (30/04).


Dia menjelaskan peresmian gas metana batubara untuk listrik ini merupakan buah dari usaha VICO yang terbukti dapat memenuhi komitmennya dalam mendukung Program Pembangunan Nasional Pemerintah lndonesia untuk memanfaatkan GMB sebagai bahan bakar bagi tenaga listrik di pedesaan di sekitar wilayah operasi yang sekaligus mendukung program SKK Migas yaitu "Bright and Green".


“Jika kita kembali melihat sejarah, peresmian ini berawal dari ditandatanganinya KKS CBM Sanga Sanga pada tanggal 30 Nopember 2009. Pada saat ini VICO Indonesia mengoperasikan dua Kontraktor KKS Sanga Sanga yaitu untuk migas konvensional dan gas metana batubara pada wilayah yang sama (identik). Kontraktor KKS CBM Sanga-Sanga memiliki kontrak area kerja yang sama, pemegang saham, dan operator dengan KKKS konvensional serta telah mulai berproduksi sejak Maret 2011 dari sumur Pamaguan-10,” katanya.


Sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MoU) antara PT PLN (Persero) dan VICO tentang jual beli CBM dari lapangan blok CBM Sanga Sanga VICO Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 4 November 2011 di Kantor Kementerian ESDM, VICO mendukung tujuan Pemerintah untuk memasok GMB untuk kelistrikan di tahun 2011.


Penjualan gas secara langsung ini disetujui untuk ditandatangani, sebelum adanya persetujuan Plan of Development (POD) dari pemerintah, karena selain dapat menambah suplai energi listrik untuk domestik, juga memberikan banyak manfaat lain, diantaranya tidak ada flare gas sehingga lingkungan lebih bersih, memberikan tambahan bagi penerimaan Negara, tidak memerlukan pengadaan genset untuk pembangkit Listrik, serta implementasinya lebih sederhana.

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.