Jakarta, Pemerintah menargetkan investasi di subsektor migas pada tahun 2018 mencapai US$ 17,04 miliar, terdiri dari investasi hulu migas sebesar US$ 14,45 miliar dan hilir US$ 2,59 miliar.
Target investasi migas ini, menurut Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Ego Syahrial, hampir menyamai realisasi investasi migas tahun 2014 hingga 2015. ”Kita rencanakan investasi hulu dan hilir migas sebesar US$ 17,04 miliar. Jadi kembali ke level tahun 2014-2015,” kata Ego.
Pada tahun 2014, investasi migas mencapai US$ 20,72 miliar. Sementara investasi 2015, realisasinya turun menjadi US$ 17,38 miliar. Tahun 2016, investasi migas kembali turun menjadi US$ 12,74 miliar dan 2017 mencapai US$ 10,175 miliar. Ini merupakan investasi terendah sejak tahun 2014.
Meski investasi tahun 2017 menurun, Pemerintah yakin investasi migas akan naik seiring membaiknya harga minyak dunia. Selain itu juga didukung oleh sejumlah proyek-proyek besar seperti Jambaran Tiung biru (JTB), Jangkrik dan Tangguh Train 3 serta Masela.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menambahkan, Proyek Jambaran Tiung Biru yang groundbreaking 25 September 2017, diharapkan COD awal tahun 2021. Total investasi hulu mencapai US$ 1,5 miliar. Dari lapangan ini diharapkan dapat diproduksi gas sebesar 217 MMSCFD (172 MMSCFD untuk dijual dan 45 MMSCFD untuk operasional).
Selanjutnya Lapangan Jangkrik yang diresmikan Oktober 2017, saat ini dalam tahap penambahan fasilitas sehingga produksinya dapat ditingkatkan menjadi 600 MMSCFD.
Untuk Proyek Masela, saat ini sedang dalam persiapan pre-FEED yaitu menganalisa best option terkait jenis dan kapasitas produksi, biaya investasi dan keekonomian serta jadwal proyek (revisi POD I). (TW)