Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam sambutannya pada
perayaan ulang tahun ke 7 BPMIGAS, Kamis (16/7), mengemukakan, produksi minyak
sedikitnya dipertahankan seperti sekarang ini, namun harus meningkat di waktu
mendatang karena hingga saat ini, 30% penerimaan negara berasal dari migas.
Purnomo menjelaskan, pada tahun 80-an ketika harga minyak kolaps menjadi US$ 10 per barel,
pemerintah bertekad tidak lagi bergantung pada produksi minyak sebagai
penerimaan negara. Namun kenyataannya, sampai saat ini produksi minyak
sangatlah penting bagi negara.
Di sisi lain, lanjutnya, migas sebagai sumber daya alam
tidak terbarukan, cadangannya terus turun. Meski kegiatan eksplorasi tetap ada,
namun membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Keadaan semakin sulit akibat
krisis ekonomi yang melanda dunia.
“Walaupun potensi gas Indonesia cukup menjanjikan, namun
letaknya di daerah frontier atau di
tengah laut. Ini menjadi tantangan bagi bisnis migas,†kata Purnomo.
Terkait soal harga minyak dunia, menurutnya, sangat sulit
diprediksi. Sebagai contoh, baru beberapa hari lalu mencapai US$ 70 per barel,
kini turun menjadi US$ 60 per barel.
Mengenai ongkos produksi, Purnomo menggarisbawahi pentingnya
pengendalian cost recovery agar tidak
terjadi penyimpangan. Efisiensi menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi.