Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo mengungkapkan, sejumlah perusahaan telah mengajukan penawaran untuk membangun terminal LNG terapung ke Ditjen Migas. Investor tersebut antara lain dari Korea maupun Brazil.
“Floating terminal lebih
banyak yang ajukan karena lebih murah dibandingkan jika dibangun di darat,â€Â
kata Evita.
Selain terminal LNG terapung,
ada pula investor yang menawarkan dalam bentuk modul. Bentuk ini pembangunannya
bisa dilakukan secara bertahap, tergantung pada kapasitas yang diperlukan.
Terkait dengan pembangunan LNG
terminal terapung, Konsorsium PT PGN (Tbk), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN
akhirnya sepakat untuk membangun LNG terminal terapung di Banten dengan
kapasitas 3 juta ton. Sebelumnya, konsorsium ini berencana membangun tangki LNG
di darat.
Dirut PGN Hendi Prio Santoso
mengemukakan, konsorsium telah mendapat kepastian pasokan gas dari Total EP dan
Inpex, masing-masing 1,5 juta ton per tahun.
Dengan adanya perubahan bentuk
terminal yang akan dibangun tersebut, papar Hendi, pola investasi juga akan
berubah. Namun mengenai detilnya, ia mengaku belum bisa menjelaskan karena
masih dalam didiskusikan dengan anggota konsorsium lainnya.